Jakarta, Aktual.com-Mahasiswa Papua di Jakarta mengeluhkan perlakuan diskriminasi selama melakukan berbagai aktifitas di Ibukota. Diskriminasi berlaku dari hal-hal kecil, misal mereka yang berangkat ke Jakarta untuk belajar kesulitan dalam mencari tempat tinggal.

“Jakarta pusat Indonesia, tetapi kami kesulitan mendapatkan akses, kesulitan mendapatkan kemudahan. Kami punya sedikit persoalan misalnya kesulitan cari kost, ketika tahu kami orang Papua kita ditolak,” ucap Ririn saat berdialog dengan Rizal Ramli, Jumat (26/8).

Mahasiswa asal Papua lain, Robby, berharap ke depan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta memberikan kemudahan bagi mereka yang menempuh pendidikan di Ibukota. Sebagai bagian dari generasi muda bangsa, ia menginginkan Jakarta akan ada perubahan yang lebih baik.

Dan, harapan itu disandarkan kepada Rizal Ramli. Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman yang disebutnya sebagai sosok yang mempunyai visi dan misi pembanguann Jakarta Berperadaban.

Dialog dengan mahasiswa Papua sendiri berlangsung dikediaman Rizal Ramli, Tebet, Jakarta Selatan. Mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Cenderawasih (IMACE) itu sebagian besar kuliah di Universitas Pendidian Indonesia (UPI) Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut, Rizal mengungkapkan bahwa sejarah Indonesia tidak bisa dilepaskan dari Papua. Hanya saja, hingga kini ketidakadilan masih saja dirasakan oleh masyarakat Papua. Padahal Indonesia sudah puluhan tahun merdeka.

“Kami merasa sejarah Indonesia tidak bisa dilepaskan dari Papua, (tetapi) banyak ketidakadilan di Papua,” kata dia.

Diungkapkan, saat dipercaya menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid dirinya pernah memanggil bos PT Freeport Indonesia terkait pembayaran royalti kepada pemerintah Indonesia.

Selama ini, royalti yang diberikan hanya 1 hingga 2 persen, padahal di negara lain royalti ini besarannya mencapai 5 hingga 6 persen. Pemerintah pusat tidak akan mengambil sepeser pun atas rencana royalti 5 hingga 6 persen dari Freeport, sebab semuanya akan diberikan kepada rakyat Papua untuk pembangunan.

Belum lagi soal pembuangan limbah yang dihasilkan oleh tambang Freeport. Rizal meminta agar Freeport tidak membuang limbah secara sembarangan. Sebab selain merusak lingkungan dan mematikan ikan, limbah tambang tersebut juga membuat warga lokal sakit-sakitan.

“Pemilik Freeport setuju terhadap permintaan kami, termasuk dia akan membayar kompensasi, itu 16 tahun lalu. Sayang Gus Dur jatuh dan itu belum direalisasikan,” jelasnya.

Mengenai perlakuan diskriminasi mahasiswa Papua di Jakarta, Rizal menyatakan bahwa Ibukota Jakarta harus bisa merangkul semua kalangan. Tidak ada tempatnya lagi perlakuan diskriminasi karena perbedaan suku, agama, RAS dan sebagainya.

“Ibukota ini harus merangkul semua kalangan, tidak boleh ada diskriminasi. Semua diperlakukan sama, itulah cita-cita kita mendirikan Republik Indonesia. Kita ingin membangun Jakarta tanpa tangisan, tanpa penggusuran,” demikian Rizal.

Artikel ini ditulis oleh: