Yogyakarta, Aktual.com-Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang hukum, Busyro Muqoddas, kembali mengkritisi langkah Polri dalam menangani tindak pidana terorisme di Indonesia.

“Terkadang mereka (Polri) lupa bahwa radikalisme atau terorisme tidak mesti muncul dari sekelompok kecil umat beragama saja,” kata dia, dalam Rakernas Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah di Yogyakarta, Minggu (28/8).

Pemicu lain yang jadi sebab utama menurutnya adalah sistem keadilan sosial masyarakat yang kerap diganggu oleh kepentingan atau kebijakan nasional dan internasional.

Busyro lantas mencoba kembali mengingat pidato Paus Fransiskus akhir Juli lalu di Polandia yang menyatakan sumber terorisme bukanlah dari ajaran-ajaran agama, termasuk Islam. “Bukan sama sekali kata beliau (Paus),” tegas Busyro.

“Tapi adalah ketika negara-negara besar di dunia memberhalakan sumber-sumber daya alam sebagai hartanya dengan cara-cara yang melanggar keadilan,” sambungnya, mengutip Paus.

Busyro menambahkan, hilangnya optimisme anak muda agar bisa meyakini peluang tentang hidup yang berdasarkan sistem ekonomi berkeadilan, menjadi hal penting lain yang turut berpengaruh besar memicu radikalisasi. “Itulah sumber terorisme,” ujarnya.

Misi gereja seperti diungkap Paus Fransiskus, tutur Busyro, adalah bukan membela kepentingan-kepentingan politik praktis namun untuk menebar kebenaran, kebajikan dan keindahan.

Pesan moral Paus tersebut baginya adalah sesuatu yang benar, Busyro pun mengakui agama Katolik memang memiliki komitmen serta dimensi yang sesuai dengan ‘rahmatan lil alamin’nya umat Islam. “Bedanya hanya satu yaitu soal Aqidah atau Tauhid, dan itu penting,” tegasnya.

Dirinya menghimbau, perbedaan tidak harus menjadikan kita berseberangan tapi justru agar lebih bisa menyatu. “Seperti yang pernah dicontohkan Nabi besar kita Rasulullah SAW dalam Piagam Madinah,” pungkas Busyro.

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis