Jakarta, Aktual.com – Nama Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bersama Anggota Komisi Energi DPR Satya Widya Yudha belakangan muncul dalam bursa Menteri ESDM yang ditinggalkan Archandra Tahar. Saat ini, jabatan Menteri ESDM dijabat Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

Jika benar nantinya Ahok menjadi Menteri ESDM, pengamat sosial politik Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun menilai telah terjadi pergeseran menuju industri politik.

“Ahok ke ESDM, (maka) politik sudah jadi industri. Kalau Ahok jadi Menteri ESDM saya kira itu sangat strategis,” terang Ubedillah dalam diskusi publik ‘Perilaku Politik Ahok Merugikan Jokowi?’ di Jakarta, Minggu (28/8).

Dengan tiga tahun lagi pemerintahan Jokowi, jika Ahok duduk di ESDM ia akan terus mengumpulkan pundi-pundi pencitraannya untuk Pilpres 2019.

Meski Ahok secara pribadi dalam penilaiannya terlihat aneh. Ahok bukanlah kader partai politik, namun partai politik justru mendukungnya dan menafikkan kadernya sendiri.

“Ahok tidak punya parpol, ini aneh. Sebegitu hebatnya Ahok ini yang tidak berdarah parpol. Padahal parpol punya kader yang berjuang ke masyarakat siang malam sampai lelah,” jelas Ubed.

Jelang Pilkada DKI Jakarta misalnya, tiga parpol terang-terang mendukung Ahok dan menafikkan kadernya sendiri. Apabila nantinya PDI Perjuangan melalui Ketum Megawati Soekarnoputri benar-benar mendukung Ahok, logika demokrasi partai berlambang banteng moncong putih itu dinilainya sudah terbalik-balik.

“Ibu Mega adalah ratu di PDIP yang tuahnya ditunggu-tunggu hari-hari ini. Harusnya kader PDIP (diusung) kalau pakai logika demokrasi. Kalau dukung Ahok, demokrasi yang luhur sudah bergeser menjadi industri politik,” demikian Ubed.

*Sumitro

Artikel ini ditulis oleh: