Dirut PT PLN, Sofyan Basir (tengah) saat mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komite II DPD RI di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/3/2016). Rapat ini membahas Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2015-2024. FOTO : AKTUAL/JUNAIDI MAHBUB

Jakarta, Aktual.com – Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir mengatakan, pihaknya akan menjadikan proyek pembangkit listrik sebesar 10.000 MW, yang merupakan bagian program 35.000 MW, sebagai cadangan.

“Proyek sebesar 10.000 MW akan saya simpan, yang punya PLN. Kalau pertumbuhan ekonomi bagus, ‘income’ per kapita naik luar biasa, dan industri makin banyak, maka saya lepas (bangun) semua,” katanya ditemui saat raker Komisi VII DPR dengan Pelaksana Tugas Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan di Jakarta, Kamis (1/9).

Sofyan menjelaskan jika pertumbuhan ekonomi masih rendah, maka pasokan listrik tidak akan mencapai 35.000 MW, sehingga 10.000 MW yang dicadangkan tersebut dapat ditunda pembangunannya.

Namun demikian, ia berharap proyek 35.000 MW bisa tuntas dan dipasok secara keseluruhan pada 2019, meski perseroan harus tetap realistis jika tidak ada penyerapan listrik dari masyarakat sesuai kebutuhan.

“Jadi, jangan disalahkan, kalau masyarakat memang tidak menyerap. Kami berjalan saja. Sekarang ini, kebutuhan hanya 2.000-3.000 MW per tahun, tapi kami bikin minimal 5.000 MW per tahun,” ujar Sofyan.

Ia menambahkan, penundaan penyelesaian 10.000 MW tersebut tidak akan membuat Indonesia mengalami krisis listrik, karena sudah terpenuhi dari 25.000 MW.

“Jangan bicara republik ini akan kiamat kalau tidak jadi 35.000 MW dan hanya selesai 25.000 MW,” tambahnya.

Sebelumnya, Luhut Panjaitan memperkirakan pembangunan program pembangkit listrik 35.000 MW akan mundur dari yang ditargetkan selesai seluruhnya pada 2019.

Setelah melihat situasi lapangan, menurut dia, sebanyak 10.000 MW di antaranya tidak dapat diselesaikan dan beroperasi komersial (commercial on date/COD) pada 2019.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka