Antrean ratusan pemudik mengisi ulang BBM di SPBU Gempol Sari, Subang, Jawa Barat, Sabtu (2/7). Pertamina memperkirakan selama periode H-15 hingga H+15 Lebaran, konsumsi premium diprediksikan naik 15 persen dari 71.906 menjadi 82.496 kiloliter per hari. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Setelah mendapati temuan secara langsung serta hasil pantauan media dari SPBU di berbagai daerah, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman menyimpulkan kebijakan menghilangkan peredaran Premium dari masyarakat sudah ada unsur kesengajaan dari PT Pertamina (Persero)

Dia menjelaskan tehnis yang diterapkan oleh Pertamina dengan melakukan distribusi terbatas secara meluas yang telah berlangsung sejak satu bulan lalu. Namun konsumen tidak menyadari dan beranggapan ketidak tersedianya Premium tersebut oleh lambatnya pasokan dari depo.

“Dari hasil temuan saya di SPBU samping Apartemen Cibubur, serta pemantauan media yang terjadi di SPBU berbagai daerah, maka dapat disimpulkan kebijakan Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang sudah dilakukan secara terbatas dan meluas di awal bulan Agustus 2016 , hanya saja awalnya konsumen yang tidak memperoleh Premium beranggapan kehabisan Premium karena keterlambatan suplai dari depo BBM Pertamina. Kemudian waktu, terungkap memang banyak SPBU yang sudah tidak menyalurkan Premium,” kata Yusri, Kamis (8/9).

Dia melanjutkan, kendati Ahmad Bambang ‘bersilat lidah’ di berbagai media dengan mengatakan pengurangan itu karena berkurangnya permintaan konsumen, namun menurut Yusri, fakta dilapangan tidak sesuai perkataan Bambang.

“Keterangan Ahmad Bambang dipemberitaan bahwa tidak ada Premium karena pengusaha SPBU tidak mau menjual karena tidak ada pembelinya. Konsumen sudah beralih ke Pertalite dan Pertamax. Akan tetapi fakta dilapangan memperlihatkan kenyataan yang berbeda dengan keterangan Ahmad Bambang. konsumen dibuat terpaksa membeli Pertalite karena Premium tidak tersedia,” tandas Yusri.

Kemudian merespon persoalan tersebut, Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina (eSPeKaPe) meminta Direksi Pertamina tidak membuat kegaduhan dimasyarakat. Harusnya Pertamina tidak hanya menghitung secara bisnis, namun juga harus mempertimbangkan aspek sosial.

“Ada apa lagi Pertamina kita ini? Kok membuat kegaduhan terus, eSPeKaPe berharap kebijakan direksi terkait kepentingan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak harus lebih dulu dikomunikasikan agar menghindari adanya kegaduhan lagi di Pertamina yang membingungkan masyarakat,” kata Ketua Umum eSPeKaPe, Binsar Effendi Hutabarat.(Dadang Sah)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid