Holding Energi PGN-Pertamina
Holding Energi PGN-Pertamina

Jakarta, Aktual.com – Kalangan DPR sepertinya belum sepakat sepenuhnya terkait kebijakan holding BUMN yang diusung oleh Menteri BUMN, Rini Soemarno.

Menurut anggota Komisi VI DPR, Endang Srikarti Handayani, saat ini kebijakan holding itu tengah dikaji oleh Komisi VI, termasuk kebijakan holding sektor minyak bumi dan gas (migas) yang konsepnya PT PGN (Persero) Tbk yang dicaplok oleh PT Pertamina (Persero).

“Menurut saya, pemerintah jangan terburu-buru lah. Harus dikaji terlebih dahulu dengan matang. Supaya tidak terjebak kemauan kelompok tertentu nantinya,” tandas Endang, di sela acara Indonesia Business and Development (IBD) Expo 2016, di Jakarta, Kamis (8/9).

Bahkan, kata politisi Partai Golkar ini, mestinya dua BUMN energi tersebut tetap dibesarkan masing-masing. Jadi tidak diholding seperti keinginan Kementerian BUMN, sebab banyak faktor yang diperhatikan.

“Jadi Pertamina itu besar dan PGN juga besar. Makanya saya sepakat agar PGN tetap independen tak ada campur tangan dari Pertamina. PGN besar di gas dan Pertamina juga besar di minyak. Karena jangan sampai kita terjebak dengan kebijakan ini (holding migas),” ujar Endang.

Kendati Endang sendiri sepakat agar kinerja BUMN sendiri mengikuti perkembangan global, sehingga dibutuhkan BUMN yang besar. Namun baginya, kebijakan holding jangan terburu-buru.

“Kami di Komisi VI masih membahas (rencana holding BUMN). Jangan sekali lagi jangan terburu-buru,” cetus dia.

Dia juga menambahkan, posisi perusahaan BUMN yang statusnya sudah terbuka (Tbk), tentu harus diperhatikan. Karena ada kepentingan investor atau pemilik saham sekalipun itu hanya minoritas.

“Bagi saya, kebijakan holding ini harus selektif dan hati-hati. Ada kepentingan investor yang diperhatikan,” ingat dia.

Padahal, kata dia, yang terpenting saat ini adalah bukan soal holding atau super holding. Tapi bagaimana menggenjot peran BUMN sebagai agen pembangunan agar berkontribusi lebih banyak terhadap perekonomian nasional.

“BUMN harus terus bisa kembangkan perekononian di tengah globalisasi yang kian masif ini,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan