Presiden Palestina Mahmoud Abbas memberikan keterangan pers setelah ditutupnya KTT Luar Biasa ke-5 OKI di di JCC, Senayan, Jakarta, Senin (7/3). KTT tersebut menghasilkan resolusi yang menegaskan kembali posisi prinsip dan komitmen OKI serta Deklarasi Jakarta yang memuat rencana aksi konkrit para pemimpin OKI untuk penyelesaian isu Palestina dan Al-Quds Al-Sharif. ANTARA FOTO/OIC-ES2016/Subekti./foc/par/16.

Jakarta, Aktual.com-Peneliti pada Lembaga Truman Universitas Hebrew, Jerusalem, Gideon Remez, menyebut Presiden Palestina Mahmoud Abbas penah bekerja sebagai mata-mata untuk badan intelejen Rusia atau KGB. Temuan itu dikemukakan Remez setelah mempelajari dokumen yang diselundupkan dari Rusia oleh mantan juru arsip KGB Vasili Mitrokhin pada 1991.

Beberapa dokumen yang sekarang berada di Kearsipan Churchil Universitas Cambridge, Inggris, dirilis dua tahun lalu untuk penelitian publik dan Lembaga Truman meminta satu file yang diberi label “Timur Tengah”, kata Remez kepada Reuters.

“Ada beberapa kelompok ringkasan atau kutipan di sana yang semuanya berada di bawah seorang terkemuka binaan KGB pada tahun 1983,” katanya.

Abbas disebut bekerja untuk KGB pada tahun 1980-an. Tudingn itu langsung dibantah oleh pemerintah Palestina. Meskipun fakta menyebutkan Abbas sempat menyenjam pendidikan untuk meraih gelar PhD dari Moskow pada tahun 1982. Palestina menuding Israel sebagai dalang fitnah yang bertujuan untuk menggalkan perundingan damai yang terhenti sejak tahun 2014.

“Pada saat ini, salah satu di antara dua barisan itu diawali dengan kode nama orang tersebut, ‘Krotov’ yang berasal dari kata Rusia untuk satu tanda, kemudian Abbas, Mahmoud, lahir di Palestina pada 1935, anggota Komite Sentral Fatah dan PLO (Organisasi Pembebasan Palestina), agen KGB di Damaskus,” kata Remez.

Abbas adalah anggota pembina Fatah, faksi dominan PLO, gerakan utama nasional Palestina. Dia menjadi Presiden Palestina pada 2005.

Dokumen yang dikutip Remez tersebut tidak memberikan beberapa indikasi atas peran Abbas di KGB atau jangka waktu dia diakui sebagai seorang agen rahasia.

Pejabat Palestina, yang menolak menyebutkan jati dirinya karena tidak berwenang memberikan pernyataan kepada umum, mengatakan bahwa Abbas pernah menjadi petugas penghubung dengan Uni Soviet sehingga dia tidak perlu menjadi mata-mata. Pejabat tersebut tidak menguraikan lebih lanjut.

Pejabat itu juga menyatakan bahwa tuduhan mengenai Presiden Abbas sebagai mata-mata benar-benar tidak masuk akal.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov yang ditugasi oleh Putin untuk menggelar pertemuan di Moskow dua periode bertugas di Kedutaan Uni Soviet di Damaskus, Suriah, pada 1983-1994, periode Abbas yang konon direkrut KGB.

Bogdanov pada pekan ini berada di lingkungan pertemuan pejabat Israel dan Palestina.

Tuduhan itu, yang pertama kali dilaporkan televisi Israel Channel One pada Rabu (7/9). Setalah Presiden Rusia Vladimir Putin mengajukan tawaran untuk menggelar pertemuan antara Abbas dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Moskow.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara