Jakarta, Aktual.com – Kecaman atas keputusan Menko Luhut Binsar Panjaitan melanjutkan reklamasi Pulau G terus mengalir dari berbagai kalangan masyarakat. Salah satunya, seperti yang disampaikan Airlangga Pribadi, dosen di Departemen Politik Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur.
Berupa tulisan ‘Terimakasih’ yang sarat dengan kritik ditujukan kepada pemerintahan Jokowi, Menko Luhut dan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Airlangga mengucap terimakasih kepada Menko Luhut, karena tindakan melanjutkan reklamasi Pulau G, telah membuka kesadarannya. Bahwa presiden Jokowi kalah lebih cepat dari yang diperkirakan untuk membela kepentingan Republik Indonesia.
“Namun tegak berdiri di bawah bendera penjarahan bisnis-politik atas bumi air dan kekayaan alam kami,” tulis Airlangga di akun facebook-nya, Rabu (14/9).
Selain itu, langkah Luhut juga disebut telah menyadarkan masyarakat bahwa bukan Nawa Cita dan Trisakti yang menjadi ‘melodi yang indah’ tahun 2014 yang saat ini menjadi partitur orkestra yang dimainkan pemerintah sekarang. “Namun seperti zaman yang sudah-sudah, modal, modal, modal dan kerja, kerja, kerja untuk menjadikan rakyat sebagai kuli yang tengah dimainkan oleh komposer Presiden Jokowi,” kata Airlangga.
Airlangga juga melontarkan tanya ke Luhut, apa sebenarnya kepanjangan NKRI sekarang. “Saya dengar khabarnya sudah diganti menjadi Negara Komoditas Republik Indonesia. Atau memang selama ini makna Kesatuan yang selalu dijunjung itu maksudnya adalah Komoditas?” tanya dia dengan nyinyir.
Sentilan terakhir, Airlangga kembali menyampaikan pertanyaan, “Eh maaf Pak Jenderal sebenarnya komposernya siapa sih Pak Jokowi atau anda? Maaf pak cuman nanya. Namun sekali lagi Terima kasih Pak Luhut, Terima kasih banyak!”
Artikel ini ditulis oleh: