Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Lembaga Studi Kebangsaan 1998 (LASTIKA’98) Nuryaman Berry Hariyanto menilai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) selayaknya segera mengambil langkah strategis-ideologis terkait Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta Tahun 2017.

Langkah strategis-ideologis dimaksud adalah dengan mempelopori Kepemimpinan Koalisi Kekeluargaan di luar Golkar, Hanura dan Nasdem. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan Jakarta dari perilaku politik ‘menyimpang’ yang selama ini dipertontonkan oleh calon petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

“Ini saatnya PDIP menunjukan kualitas dan kapasitasnya sebagai partai pelopor yang selalu berpihak kepada wong cilik demi menyelamatkan Kota Jakarta yang semakin amburadul di bawah kepemimpinan Gubernur Ahok,” kata Berry-sapaannya di Jakarta, Senin (19/9).

Menurut Berry, dibawah komando PDIP, Koalisi Kekeluargaan akan semakin solid bahkan massif melawan calon petahana. Dan, bisa dipastikan pula potensi mengalahkan Ahok akan semakin besar jika dipimpin PDIP.

Meskipun, tentunya dengan syarat calon yang diusung Koalisi Kekeluargaan atau Koalisi Kerakyatan memiliki kredibilitas dan integritas yang kuat yang bisa membuat Ahok merinding dan menggigil ketakutan.

Dari sejumlah nama bakal calon gubernur yang sudah beredar di publik saat ini, lanjut dia, ada beberapa nama yang bisa diusung oleh Koalisi Kekeluargaan atau Koalisi Kerakyatan. Misalnya nama Rizal Ramli, Yusril Ihza Mahendra dan Sandiaga Uno. Dari ketiganya, Rizal disebutnya sebagai calon yang mempunyai energi terbesar untuk mengalahkan Ahok.

“Selain cerdas dan bersih, Rizal Ramli juga dikenal memiliki integritas, komitmen dan keberpihakan yang kuat kepada rakyat kecil. Dan ini sejalan dengan visi, misi dan fatsun PDIP,” imbuhnya.

Berry menambahkan, demi membela wong cilik yang semakin termarjinalkan hak-hak hidupnya di Jakarta akibat ‘kepongahan’ Ahok, saat ini merupakan momentum yang tepat bagi PDIP menunjukkan kelasnya sebagai partai besar yang memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai kerakyatan dengan cara berhadap-hadapan dengan Ahok di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

Jika sikap politik itu dilakukan, maka PDIP akan kembali mengukir sejarah menumbangkan kekuatan rezim lama yang tidak pro rakyat, seperti saat reformasi menumbangkan rezim orde baru dan memenangkan Jokowi mengalahkan sisa-sisa kekuatan rezim SBY. Dengan syarat, penantang Ahok yang diusung PDIP harus yang powerfull dan berpotensi menang.

“Kriteria itu saat ini hanya ada di Rizal Ramli. Sementara, perdebatan di internal PDIP terkait mengusung kader atau non kader, saya pikir hal itu sudah selesai. Karena, ternyata RR juga masuk kategori sebagai kader PDIP,” ucapnya.

Berry juga menyinggung bagaimana perseteruan antara Ahok dan Rizal Ramli terkait proyek Reklamasi Teluk Jakarta beberapa waktu lalu. Jika akhirnya perseteruan ‘head to head’ ini berlanjut di arena Pilkada DKI Jakarta akan semakin seru dan bisa menjadi pendidikan politik yang baik buat bangsa ini.

Pihak Ahok yang dikenal sebagai gubernur yang membela mati-matian proyek reklamasi tanpa mempedulikan dampak sosial, ekologi dan lingkungan. Sementara pihak Rizal dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap permasalahan wong cilik.

“Ini pasti seru karena akan membongkar siapa good guy, siapa bad guynya. Siapa yang hak dan siapa yang bathil,” demikian Berry.

Laporan: Soemitro

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby