Jakarta, Aktual.com – Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika) Sya’roni menyatakan dukungan yang diberikan Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan kepada calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sejatinya bisa ditebak jauh-jauh hari.
Tepatnya ketika PDIP tidak memperpanjang jabatan Bambang DH sebagai Plh Ketua DPD PDIP Jakarta. Selama ini, Bambang DH diketahui dikenal tidak setuju dengan kemungkinan dukungan partainya diberikan kepada Ahok.
“Inilah antiklimaks dari serangkaian dramatisasi yang telah dibangun PDIP. Proses penjaringan yang akhirnya mengantar enam figur ke meja Ketum sejatinya hanyalah dagelan semata untuk mengelabuhi publik,” kata Sya’roni, Rabu (21/9).
Menurutnya, dukungan PDIP kepada Ahok bisa dianggap sebagai pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan penegakan hukum. Ahok juga sudah terlalu sering melakukan penggusuran terhadap rakyat miskin. Sudah tidak terhitung jumlah tangisan dan ratapan yang mengiringi setiap penggusuran.
“PDIP juga sudah tutup mata atas dugaan korupsi Ahok di kasus RS Sumber Waras, Tanah Cengkareng dan Reklamasi,” paparnya.
Tapi apa pun rasionalisasi PDIP memilih Ahok merupakan hak penuh partai berlambang banteng moncong putih. Dan bagi wong cilik, terutama korban penggusuran, setidaknya sudah mengetahui bahwa PDIP lebih memilih Ahok, sehingga sah-sah saja kalau nantinya wong cilik juga meninggalkan PDIP.
Di sisi lain, masuknya dukungan dari PDIP semakin memperkokoh dukungan kepada Ahok. Jika diakumulasi, dengan masuknya PDIP bersa NasDem, Hanura dan Golkar, sesuai jumlah kursi di DPRD Jakarta, maka sudah terkumpul 52 kursi.
Namun Sya’roni menekankan bahwa Pilkada dengan pemilihan langsung tidak serta-merta simetris dengan dukungan parpol. Rakyatlah sebagai kuasa penuh pemilik kedaulatan yang akan menentukan figur mana yang akan dipilih menjadi gubernur.
Keputusan PDIP tersebut sekaligus menandakan bahwa pertarungan baru akan dimulai. Apalagi dari Koalisi Kekeluargaan, minus PDIP, sampai hari ini juga belum mengumumkan pasangan yang akan diusungnya. Dengan telah dikukuhkannya pasangan Ahok-Djarot tentu akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi Koalisi Kekeluargaan untuk mengusung pasangan yang sepadan.
“Bisa jadi Ahok telah berubah menjadi sesosok ‘Goliath’ yang meyakini tidak akan ada lawan yang bisa mengalahkanya. PDIP yang tadinya masih ada kemungkinan akan menjadi lawan ternyata lebih memilih bersekutu,” ucap dia.
Publik saat ini ditambahkan Sya’roni tengah menunggu keluarnya sosok ‘Daud’ yang akan menumbangkan Ahok. Daud dipersonifikasikan sebagai figur yang kehadirannya diremehkan oleh Goliath. Namun Daud mampu membalikkan dugaan Goliath.
Dengan keberanian yang berlipat, meskipun hanya bersenjatakan alat yang sederhana, Daud melancarkan serangan cepat yang mampu menumbangkan Goliath. Figur yang diusung harus memiliki keberanian berlipat, ketangkasan berduel dan kecerdasan dalam melancarkan serangan. Dan yang terpenting, ‘Daud’ muncul hanya seorang diri.
Anggota Koalisi Kekeluargan harus bisa berpikir taktis dan yang terpenting bersedia kompromistis demi munculnya seorang ‘Daud’. Sandiaga Uno, calon yang diusung Partai Gerindra, jauh-jauh hari sudah berkomitmen siap hanya menjadi Cawagub demi kepentingan untuk bisa mengalahkan Ahok.
Dengan waktu tersisa yang semakin mepet, diharapkan Koalisi Kekeluargaan tidak salah langkah, apalagi sampai terpecah.
“Kekompakan seluruh anggota koalisi akan menentukan hasil pertarungan. Sekali lagi perlu ditegaskan pertarungan baru akan dimulai. Saatnya ‘Daud’ kalahkan Ahok!!,” demikian Sya’roni.
Laporan: Soemitro
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby

















