Aktivitas bongkar muat di pelabuhan peti kemas ekspor Impor Jakarta International Container Terminal (JICT) di Jakarta, Jumat (9/9). Dua pengelola terminal peti kemas ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok yakni Jakarta International Container Terminal (JICT) dan TPK Koja memberlakukan biaya jasa penimbangan peti kemas ekspor pada auto gate JICT-TPK Koja sebesar Rp50.000 per boks. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah mengandalkan daya beli masyarakat dalam rangka menggenjot pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi yang masih rendah.

Pasalnya, sektor lain, terutama ekspor-impor dan investasi masih mengalami perlambatan yang serius. Sehingga pada akhirnya pemerintah mengandalkan sektor dayar beli masyarakat.

Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, jika dilihat dari pemicu pertumbuhan ekonomi yang bisa mendorong adalah sektor investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor-impor (eksim), dan konsumsi masyarakat.

“Kita lihat saja, dari sisi eksim dalam dua tahun terakhir pertumbuhannya memang negatif. Makanya, saya rasa konsumsi akan tetap dijaga,” tutur Menkeu di Jakarta, Kamis (22/9).

Untuk itu, pemerintah akan menggenjot inflasi yang rendah. Sehingga masyarakat tetap percaya diri agar bisa tetap meningkatkan daya belinya.

“Aktifitas konsumsi masih diharapkan berlanjut ya, jadi itu strategi yang kita lakukan. Karena belanja pemerintah juga rendah,” tutur Menkeu.

Namun demikian, kata dia, pemerintah tetap berharap dapat menggenjot laju ekpsor-impor. Apalagi saat ini, laju ekspor impor sudah mulai positif.

“Kami berharap tentu akan relatif netral (laju eksim) sampai dengan akhir tahun ini,” tegasnya.

Apalagi, di sisi investasi beberapa perusahaan juga masih melakukan konsolidasi. “Kita tidak bisa mengharapkan investasi. Karena dari korporasi juga masih melakukan konsolidasi karena harga komoditi melemah,” kata dia.

Namun demikian, lanjut Sri Mulyani, pemerintah masih berharap dari perbankan menggenjot kinerjanya. Sehingga, perbankan bisa makin banyak lagi yang menyalurkan kredit seiring dengan masuknya dana-dana repatriasi dari program tax amnesty (pengampunan pajak).

“Jadi dari fiskal policy kita pemerintah menggunakan seluruh space yang ada untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Dan pada saat yang sama memang masih harus konsolidasi, karena ekspektasi penerimaan negara selama dua tahun terakhir ini memang sangat optimisitis, tidak realistis,” pungkas dia.

 

*Bustomi

Artikel ini ditulis oleh: