Jakarta, Aktual.com – Calon Gubernur DKI Jakarta Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono mengaku berat meninggalkan institusi militer yang selama 15 tahun menempanya hingga menjadi Komandan Batalyon 203/Arya Kemuning. Akan tetapi karena panggilan masyarakat, Agus akhirnya mengambil keputusan yang disebutnya tidak mudah.
“Dua hari yang lalu, ada empat parpol yaitu PAN, PKB, PPP dan Demokrat serta sejumlah kalangan masyarakat yang meminta kesediaan saya untuk dicalonkan sebagai Gubernur Jakarta 2017-2022,” katanya dalam pidato politiknya di Wisma Proklamasi, Kantor DPP Partai Demokrat, Jl Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (23/9) malam.
Mengenakan pakaian adat betawi, Agus menyatakan memiliki waktu yang sangat terbatas untuk menjawab pertanyaan empat partai dan keinginan berbagai kelompok masyarakat. Apalagi, saat itu posisinya berada tengah memimpin pasukannya di Darwin, Australia.
“Namun seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan, saya telah mengambil keputusan. Sejak tadi pagi, saya mengikuti respon dari berbagi kalangan. Saya sangat memahami, bahwa banyak yang merasa sedih dan mempertanyakan keputusan yang saya ambil,” kata dia.
Mempertanyakan karena saat diminta kesediaannya menjadi calon gubernur, karir dan masa depanya di TNI tengah bersinar. Dengan hati yang tulus dan ikhlas, Agus lantas menyampaikan rasa cinta dan rasa bangganya terhadap institusi yang telah menempa dan membesarkan dirinya.
Rasa cinta dan rasa bangga yang ditekankan tidak akan pernah pudar. Karena itu pula, pada kesempatan tersebut Agus menyampaikan rasa terimakasihnya dan hormatnya kepada atasan dan seniornya yang telah mendidiknya selama ini.
Juga rekan-rekan perwira yang selama ini telah bekerjasama, berikut prajurit yang selama ini dipimpinnya.
“Saya mengatakan bahwa saya siap melakukan pengabdian yang lain yakni di dunia politik dan pemerintahan. Sejatinya, dari TNI pulalah saya memiliki prinsip bahwa mengabdi untuk masyarakat, negara dan bangsa tidak mengenal batas dan waktu, tidak mengenal batas penugasan,” tuturnya.
Agus sendiri tampak berkaca-kaca ketika menyampaikan pengantar pidato politik pengantarnya. Beberapa pimpinan partai politik yang mengisi ruangan Wisma Proklamasi terdiam ketika Agus berbicara dari hatinya. (Soemitro)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid