Jakarta, Aktual.co — Myanmar itusedang melakukan transformasi ke arah demokrasi. Mereka ingin belajar dariIndonesia bagaimana caranya agar bisa melakukan demokratisasi tanpaberdarah-darah. Intinya, Myanmar itu sebetulnya bangsa yang bisa diajakberdialog.
Demikiandikatakan diplomat senior Prof. Dr. Makarim Wibisono, dalam acara UniversityPartners Gathering di Universitas Sampoerna, Jakarta, pekan ini. Hadirpada acara itu Rektor Universitas Sampoerna, Prof. Dr. M. AmanWirakartakusumah, para dosen, mahasiswa, dan undangan lain.
Lebih lanjut Makarim menjelaskan, demokratisasi di Myanmarcukup berjalan. Terbukti tokoh oposisi Aung San Suu kyi yang dulu menjalanitahanan rumah, sekarang sudah bebas. Bahkan mungkin ia akan maju untuk menjadipimpinan pemerintahan di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Buddha itu.
Namun demokratisasi di Myanmar juga agak rumit, karena bisadibilang seluruh aset di negara itu dimiliki oleh jenderal-jenderal. Sehinggaada kecurigaan mereka bahwa demokratisasi itu berarti juga demiliterisasi.
Dalam kaitan pengungsi Rohingya yang terusir karenamengalami diskriminasi di Myanmar, Makarim melihat bahwa hal itu masih bisadidialogkan dengan penguasa Myanmar. Di sini berkaitan dengan cara pendekatanIndonesia terhadap Myanmar.
Artikel ini ditulis oleh:














