Jakarta, Aktual.com – Meski bakal menghadapi ratusan aparat gabungan dari Satpol PP-TNI-Polri dan juga buldozer yang akan menggusur paksa rumah mereka, warga Bukit Duri justru sepakat menghadapi dengan aksi damai tanpa kekerasan.
Warga bahkan memilih tidak akan melawan secara fisik saat mesin buldozer dan Satpol PP dengan kawalan ratusan aparat kepolisian dan TNI menggusur rumah mereka.
“Kami besok akan menghadapi penggusuran dengan aksi damai tanpa kekerasan, demi kemanusiaan yang adil dan beradab,” ujar Sandyawan Sumardi, salah satu relawan Ciliwung Merdeka, kepada Aktual.com, Selasa (27/9).
Pria yang sudah sejak lama lakukan pendampingan di RT 06/RW 12 Bukit Duri itu menjelaskan latar belakang warga memilih anti kekerasan seperti ajaran ‘Ahimsa’ (anti kekerasan) ala Mahatma Gandhi.
Tutur dia, warga Bukit Duri sudah lelah dengan rayuan, penekanan, teror, adu-domba dan provokasi dari pihak aparat kelurahan, kecamatan, walikota, kepolisian, koramil dan para intel. Warga pun memilih keyakinan berjuang melalui jalur hukum dengan ajukan gugatan class action di pengadilan.
Nyatanya, justru Pemprov DKI sendiri yang melanggar hukum dengan tetap melakukan penggusuran. Hal inilah, ujar Sandyawan yang membuat warga gigih menolak sikap Pemprov DKI yang de facto dalam melakukan penggusuran paksa cenderung mengedepankan kekerasan dalam menyelesaikan kejahatan.
Sandyawan berpendapat penggusuran Kampung Pulo dan Luar Batang adalah bukti kegagalan tindakan penggusuran dengan kekerasan sebagai pilihan kebijakan pembangunan Pemprov DKI di era gubernur Basuki Tjahaya Purnama (Ahok).
Kekerasan yang dilawan dengan kekerasan hanya akan membuat keadaan lebih buruk. “Banyak bukti yang menunjukkan kekerasan yang dilawan dengan kekerasan tidak menghasilkan perdamaian,” ujar dia.
Muncul tanya, apakah cara anti kekerasan bisa efektif menghadapi kebrutalan robot penggusur. Sandyawan mengatakan, meski jalan anti kekerasan tidak dapat mengatasi semua aksi kekerasan secara langsung, namun cara ini diyakini dapat mengubah secara perlahan pelaku dan bentuk kejahatan.
Diakuinya, hasil dari gerakan anti kekerasan memang tidak dapat diperoleh dalam waktu singkat. Namun tindakan ini harus dilihat sebagai sebuah proses panjang yang mesti dilakukan terus-menerus. “Sampai terwujudnya perdamaian abadi suatu saat nanti,” ujar dia.
Artikel ini ditulis oleh: