Penambang mengumpulkan minyak mentah di penambangan minyak rakyat di Wonocolo, Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (23/7). Tambang rakyat tersebut tengah dikembangkan menjadi objek wisata migas petroleum geoheritage Wonocolo dengan harapan masyarakat mengetahui sejarah pengelolaan migas di Indonesia. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/ama/16

Jakarta, Aktual.com – Dewan Energi Nasional (DEN) mengingatkan PT Pertamina (Persero) agar tidak menutup mata dan menafikan pertimbangan politis dalam menjalankan hubungan dengan negara Arab Saudi dan Negara Iran.

Tentu saja hal ini menjadi perhatian penting, mengingat tensi ketegangan kedua negara itu terjebak dalam persoalan yang kompleks. Sehingga hubungan Pertamina dengan negara Iran diharapkan tidak menjadi pemicu kecemburuan dari negara Arab Saudi yang memang telah terbangun hubungan baik sejak lama.

“Hubungan bisnis migas antara Pertamina dengan Arab Saudi dan Iran, kita minta berhati hati dan mempertimbangkan dari sisi politisnya juga karena di situ tidak semata-mata bisnis. Hubungan kita dengan Saudi Arabia sudah dekat, jangan sampai hubungan kita dengan Iran yang baru ini membuat hubungan kita menjadi terganggu dengan Saudi Arabia,” kata Anggota DEN, Rinaldy Dalimi, Rabu (28/9).

Lebih lanjut Rinaldy mengkuatirkan Pertamina terjebak bahkan menjadi korban karena menyulut hubungan antara Arab Saudi dan Iran yang sudah mempunyai benih pertikaian.

Yang lebih pentingnya lagi ditekankan agar Indonesia dalam hal ini diwakili oleh Pertamina untuk tidak mengalami ketergantungan pasokan migas dari negara itu, sebab akan sangat rentan berpotensi mengganggu ketahanan energi nasional.

“Jadi harus diperhitungkan juga. Apalagi kalau kita mengalami ketergantungan. Dulu, Iran mau stop selat Hormuz saja harga munyak naik. Jangan samapi kita punya masalah politis lalu dia stop dan kita goncang,” tandas Rinaldy

(Laporan: Dadangsah)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka