Jakarta, Aktual.com – Menteri BUMN Rini Soemarno malah menyalahkan kondisi BUMN yang saat ini kerap terjadi saling nersaing di sektor yang sama. Di satu sektor, banyak BUMN yang salin berebut pasar. Atau disebutnya, saling ‘cakar-cakaran’.
Namun jika ditelisik lebih dalam, kondisi perusahaan pelat merah saat ini, tak lepas dari kepemimpinan Rini sendiri sebagai orang nomor satu di Kementemerian BUMN.
Menurut Rini, yang paling disorotnya adalah BUMN di sektor energi. Selama ini, kerap terjadi aksi ‘cakar-cakaran’ untuk merebut pangsa pasar. Namun kondisi itu justru malah melemahkan BUMN itu, karena pihak swasta yang akan mengambil untung.
“Di sektor energi,ada empat BUMN yang kerap saling ‘cakar-cakaran’,” tegas Rini saat acara peresmian Hotel Indonesia Group (HIG), di Jakarta, Rabu (28/9).
Seperti diketahui, empat BUMN yang dianggapnya acapkali bersiang ketat adalah PT Pertamina (Persero) dengan PT PLN (Persero), serta PT Pertagas kerap mengganggu kinerja PT PGN (Persero) Tbk.
“Untuk itu perlu ada penyatuan. Masa kita enggak bisa? Sehingga jangan lagi ada PLN yang berantem dengan Pertamina untuk urusan geothermal. Bisa-bisa nanti orang ketiga (swasta) yang untung,” klaim Rini.
Dengan kondisi tersebuat, klaim Rini semakin kuat bahwa konsep penyatuan BUMN atau holding semakin kuat. Langkah ini, kata dia, perlu dilakukan pemerintah agar sinergi BUMN cukup kuat san menjadi semakin akur.
“Tujuannya, supaya kinerja yang dihasilkan bisa dirasakan secara keberlanjutan hingga puluhan tahun ke depan. Sehingga bisa siniknati sampai anak cucu kita,” ungkap dia.
Rini menjelaskan, perusahaan pelat merah sebagai kesatuan dari negara seharusnya bisa bersinergi dalam menjalankan bisnisnya. Jika terus berkutat dengan persaingan antar BUMN, yang adapangsa pasar direbut pihak swasta yang juga memiliki grup bisnis yang besar.
Dalam kesempatan itu, Rini juga meminta BUMN meniru grup bisnis yang besar seperti Sinarmas.
“Coba lihat Sinarmas. Mereka bisa sinergi, apa aja ada di sana. Masa kita BUMN enggak bisa? Jangan cakar-cakaran satu sama lain lah,” pinta Rini.
Justru ia berharap, BUMN itu tetap dikelola dengan cara-cara yang profesional, sehingga bisa bertahan lama. “Karena kita punya tanggung jawab di sini supaya BUMN lebih kuat, lebih besar, san lebih profesional,” jelas dia.
Rini juga menyinggung soal pembentukan HIG yang terdiri sari 16 BUMN. Konsolidasi HIG ini, dalam tahap pertama adalah sinergi antar hotel yang dimiliki oleh PT Hotel Indonesia Natour (HIN), PT Patrajasa (anak usaha PT Pertamina), dan PT Aero Wisata (anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk).
Saat ini HIG terdiri dari 26 hotel yaitu 7 hotel milik Aerowisata, 12 hotel milik Hotel Indonesia Natour, dan 7 hotel milik PatraJasa, tersebar di beberapa lokasi strategis dengan variasi kelas mulai dari bintang 2 hingga bintang 5.
Juga ada 9 hotel milik Pegadaian (Pesona Hotel), dan 1 hotel milik Taman Wisata Candi yang berlokasi di Kawasan Candi Borobudur secara resmi menjadi bagian dari HIG.
“Diharapkan selanjutnya hotel milik BUMN lainnya akan menyusul bergabung dengan HIG,” tutup dia.(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid