Jakarta, Aktual.com – Sebuah survei menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen Inggris meroket kembali ke tingkat pra-Brexit pada September. Hal tersebut mematahkan ekspektasi bahwa keputusan meninggalkan Uni Eropa akan mendatangkan kerusakan lebih lama pada kesediaan warga Inggris untuk berbelanja.
Ukuran kepercayaan konsumen dari perusahaan riset pasar GfK mengalami penurunan paling tajam dalam lebih dari 26 tahun pada Juli, sehingga para ekonom mengatakan Brexit akan melemparkan ekonomi ke dalam resesi, namun data menunjukkan Inggris telah terhindar dari kemerosotan cepat.
Indeks GfK, berdasarkan sebuah jajak pendapat “online” dari 2.000 orang, naik ke minus satu pada September dari minus tujuh pada Agustus — kenaikan terbesar sejak Juni tahun lalu dan mengembalikan level-level yang terlihat pada bulan sebelum referendum 23 Juni.
Para analis yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan skor minus lima untuk September.
“Konsumen Inggris tampaknya telah mengabaikan kekhawatiran Brexit tentang ekonomi karena upah terus meningkat lebih cepat daripada harga-harga, peningkatan lapangan kerja yang meningkatkan pendapatan, dan suku bunga rendah mendorong orang-orang untuk berbelanja daripada menyimpannya,” kata Joe Staton, kepala dinamika pasar GfK dilansir Jumat (30/9).
Ekspektasi untuk situasi ekonomi secara umum selama 12 bulan ke depan meningkat menjadi minus sembilan dari -22 pada Agustus, tapi masih tujuh poin lebih rendah dari setahun lalu.
Data resmi menunjukkan penjualan ritel kuat dan tidak ada tanda-tanda segera ada pukulan besar terhadap lapangan kerja, meskipun pertumbuhan upah sedikit melambat pada kuartal ketiga.
Tetapi, Staton menyatakan “rebound” dalam kepercayaan itu masih rapuh.
“Apakah kita melihat optimisme konsumen yang salah, di mana setiap berita buruk – ekonomi atau politik – mengirimkan indeks terguncang kembali?” Para ekonom memperkirakan tekanan inflasi dari kemerosotan mata uang pound sejak Juni akan mulai mengikis daya beli konsumen dalam beberapa bulan ke depan.
Sebuah survei terpisah dari Asda, unit supermarket Inggris Wal-Mart, menunjukkan pendapatan “disposable” di antara rumah tangga sebagian besar tetap datar selama lima bulan terakhir.
Keluarga-keluarda Inggris memiliki 201 pound pengeluaran diskresioner selama Agustus, naik 5,3 persen dibandingkan dengan setahun lalu, data Asda Income Tracker menunjukkan.
“(Sementara) turbulensi awal telah dikendalikan, perbaikan dalam keuangan rumah tangga telah melambat, sebuah proses yang bisa berakselerasi jika meningkatnya biaya produksi mulai menyusup ke harga jual,” kata Sam Alderson, ekonom di konsultani CEBR, yang mengkompilasi survei Asda.
Jajak pendapat lain oleh YouGov dan CEBR, Rabu, mengatakan kepercayaan tetap sedikit di bawah tingkat pra-Brexit. Dikatakan kecemasan atas dimulainya pembicaraan awal keluar secara resmi dengan Uni Eropa tahun depan, ketika dampak Brexit akan menjadi lebih jelas, bertindak sebagai “rem tangan” pada pemulihan moral konsumen.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka