Penyelam melihat pemandangan bawah air di Pulau Menjangan di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Bali, Selasa (9/8). Taman nasional seluas 19.002 ha tersebut menawarkan alternatif wisata air dan darat. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Tugas promosi Menteri Pariwisata RI Arief Yahya di Vietnam sudah digeber total. Hasilnya Orang-orang Saigon, sebutan Vietnam sebelum merdeka sudah kebelet ke Bali, Lombok, Jogja, Bandung dan destinasi lain dibtanah air.

Namun dari aspirasi warga Ho Chi Minh dan sejumlah travel agent yang ada, mereka satu kata: ingin menuju obyek wisata Indonesia dengan penerbangan langsung (dirext flight). Bukan transit ke Jakarta seperti selama ini. Terlalu lama dan berbiaya mahal jika ke Bali atau Jogja harus mampir Jakarta dulu. Sebab sampai saat ini belum ada pesawat yang melayani penerbangan dari Vietnam langsung ke lokasi wisata.

Inilah problem nyata yang dari dulu belum terpecahkan. Masalah utama berada di Kementerian Perhubungan. Maskapai Garuda, airline goverment yang diharapkan membuka rute langsung dari Vietnam menuju obyek wisata andalan turis asing, seperti Bali dan Jogja hingga kini belum mampu mewujudkanya. Alasanya klasik. Tidak masuk itungan secara bisnis alias masih dianggap rugi. Selain itu belum diijinkan oleh Kementerian Perhubungan.

“Ini pekerjaan besar, tetapi setahu saya Pak Menteri sudah melobi banyak airlines company untuk direct flight dari banyak kota dan negara di dunia,” kata Rizki Handayani, Asdep Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kemenpar RI dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (1/10).

Menurut Rizki, kedepan wisata menjadi ujung tombak pendapatan negara (tourism for all), maka akses menjadi tugas bersama, kemenhub, Angkasa Pura, dan airline.
Konjen RI di Ho Chi Minh City, Jean Anes, pun juga mengeluhkan soal akses internasional.

“Resiprokal bagus. Segera dong direalisasi. Dari dulu Garuda gak terbang-terbang ke Vietnam karena alasan Resiprokal melulu,” protesnya.

Padahal menurut Anes, potensi turis Vietnam sangat besar. Hampir 80 persen penduduk Vietnam beragama Budha. Mereka sangat berkepentingan dengan candi Borobudur baik untuk ritual maupun wisata religi.

“Tapi ya itu tadi, karena tidak ada penerbangan dari Vietnam ke Jogja langsung, orang Vietnam jadi ogah ogahan dan malas kesana. Begitupun mau ke Bali, mereka malas karena harus transit Jakarta dulu,” tambah pria asli Medan ini.

Selama ini, direct flight Indonesia-Vietnam/sebaliknya baru dilayani satu penerbangan Vietnam Air saja. Sehari satu kali penerbangan. Maskapai lain baru bisa melayani dengan transit Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei. Diantaranya Tiger Air, Jetstar, Air Asia, Malaysia Airlines, Singapore Airlines, dan Thai Airlines.

Menurut Anes, dari 90 juta jumlah penduduk Vietnam, 10 juta diantaranya potensi turis asing. Selama tahun 2015 baru 44.000 turis Vietnam yang masuk Indonesia. Baru 0.45 persen dari target 12 juta turis mancanegara tahun 2016.  Sisanya yang lebih banyak masuk ke Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei dan negara Asia Tenggara lainya.

“Kenapa begitu? Karena negara-negara tetangga itu memberi penerbangan murah dengan hotel murah. Keamanan juga terjamin dengan baik,” tambahnya.

Harapan supaya ada penerbangan langsung dari Vietnam ke obyek-obyek wisata andalan Indonesia juga disampaikan oleh penggiat wisata Vietnam, Mr Dong Hoang Hong. Directur Vietnam Reps, lembaga yang bergerak di bidang marketing wisata ini mengaku sudah  berulang kali mendapat permintaan dari para turus Vietnam, supaya Garuda Indonesia Airlines segera membuka rute-rute baru dari kota-kota besar Vietnam seperti Ho Chi Minh, Hanoi, dan Danang langsung ke destinasi Indonesia.

“Alasanya ya supaya perjalananya cepat dan tidak berbiaya mahal. Selama ini yang ada baru Vietnam Air dari Ho Chi Minh ke Jakarta saja. Padahal untuk ke Bali atau Jogjakarta masih harus sambung pesawat lagi. Ini tidak efektif untuk turis-turis yang liburnya tidak panjang,” tambahnya.

Sementara untuk Jakarta sendiri, menurut para turis sudah tidak menarik lagi. Selain karena bukan destinasi unggulan, Jakarta pusat ekonomi yang padat. Kalau toh banyak orang Vietnam ke Jakarta karena urusan bisnis bukan wisata.

Selama ini, imbuh Mr Hong, orang Vietnam paling lama 3 hari 4 malam untuk berwisata ke Indonesia. Itu paket Bali, Lombok, dan Jogjakarta dengan biaya 20.000 dong (Rp 12 juta). Tapi pemerintah setempat sering memberi promo kepada warganya untuk melancong dengan paket lebih murah 18.000 dong.

“Kami bulan Januari 2017 nanti  juga akan mengantar 350 turis dari grup perusahaan ke Bali. Penginya ke candi Borobudur Jogjakarta juga. Tapi karena harus transit-transit mereka tidak tertarik,” imbuh Ms Noni Le, Marketing Manager Vietnam Reps, saat menghadiri Festival Wonderful Indonesia di Sc Vivo City Mall, di Ho Chi Minh City, 24-25 September 2016.

Begitupun harapan Mickey Dong Hoang Thinh, Managing Director Dong Travel. Sebagai praktisi wisaya dia juga bermimpi Garuda Indonesia segera membuak kantor di negaranya. Dengan begitu akan semakin banyak rute yang dia layani. Selama ini tanpa direct flight saja dalam sebulan perusahaanya bisa memberangkatkan 2-3 kali rombongan turis Vietnam ke Indonesia.

“Kalau ada direct flight langsung ke Bali, saya yakin jumlah turis ke Indonesia bisa bertambah dua kali lipat,” yakinya.

Kenapa orang Vietnam suka ke Bali? Karena di kota dewata itu segala keperluan turis ada. Yang suka pantai ada, hobi minum ada, matahari apa lagi. Di luar itu mereka menyukai kebudayaan, kraf, barang antik, hingga kulinernya.

“Bali itu banyak pegunungan bercampur dengan pantai. Itu menarik karena di Vietnam adanya cuma pantai saja,” jelas pria yang juga banyak melayani perjalanan orang-orang Indonesia ke Vietnam ini.

Warga Malaysia pun sama. Menginginkan ada penerbangan dari negaranya langsung ke Bali atau Lombok supaya cepat.

“Saya sudah beberapa kali ke Bali. Tapi belum ke Jogjakarta dan Bandung. Mau kesana tapi harus ke Jakarta dulu,” kata Halimah, warga Malaysia yang berwisata ke Vietnam bersama 3 saudaranya itu.

Karena harus transit Jakarta, dia akhirnya lebih memilih wisata ke Vietnam dan Thailand yang ada penerbangan langsungnya. “Sudah bagitu, Jakarta kurang aman ya. Ada teroris. Kalau ke Bali aman,”tutur Halimah yang mengaku punya pembantu orang Tulungagung itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka