Petugas Bank Mandiri menunjukkan pecahan uang rupiah dan dollar Amerika Serikat di Jakarta, Jumat (18/3). Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya dengan terapresiasi 0,27 persen atau 35 poin ke level Rp13.040 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Jumat (18/3). ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16.

Jakarta, Aktual.com – Setelah sempat mengalami penguatan signifikan di medio pekan lalu, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) di akhir pekan justru terlihat mulai melemah setelah banyaknya aksi ambil untung (profit taking).

Di awal pekan ini, laju rupiah sepertinya akan kembali bergerak melemah, karena pergerakan rupiah sendiri akibat mulai minimnya sentimen positif. Ditambah lagi, sentimen dari global juga tak mendukung laju rupiah.

“Kami perkirakan baik USD, rupiah maupun mata uang lainnya cenderung bergerak konsolidasi, setelah pelaku pasar mulai kehabisan sentiment positif,” tandas analis dari PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, dalam analisis hariannya, Senin (3/10).

Menurut Reza, terbatasnya pergerakan rupiah pun juga dipengaruhi antisipasi pelaku pasar jelang rilis angka Produk Domestik Bruto (PDB) AS dan klaim pengangguran yang diperkirakan akan membaik. Pada kuartal pertama sendiri PDB riil AS meningkat 0,8 persen.

“Apalagi sentimen dari domestik sendiri kurang mendukung laju rupiah. Akhir pekan lalu kembali diperdagangkan melemah seiring berakhirnya masa periode pertama tax amnesty. Sepertinya akan berlanjut di awal pekan ini,” papar dia.

Sejauh ini, kata Reza, pelaku pasar terlihat cenderung masih mem-priced in keadaan rupiah. “Sehingga adanya penguatan sebelumnya, telah dijadikan momentum untuk merealisasikan keuntungannya (profit taking),” tandas dia.

Di awal pekan ini, proyeksi Reza, laju rupiah berbalik melemah di area 13.000-an. Dengan level support rupiah di rentang 13.056, dan tingkat resistennya di kisaran 13.000.

“Terlihat, rupiah tak bisa memanfaatkan laju USD yang cenderung bergerak flat pada perdagangan akhir pekan kemarin. Menyusul adanya kesepakatan yang terjadi dalam pertemuan OPEC, khususnya terhadap Iran yang selama ini enggan untuk membatasi produksinya,” papar Reza.

Sebelumnya, kata dia, pihaknya telah menyampaikan penguatan signifikan rupiah dalam dua hari terakhir di pekan lalu, yang kemudian melemah di akhir peka karena adanya imbas dari aksi profit taking.

“Namun saat itu, rupiah terlihat masih mampu bertahan di bawah area 13.000. Namun awal pekan ini sepertinya laju rupiah bergerak cenderung menguji level support nya di 13.000-an,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka