A worker walks in between oil barrels at Pertamina's storage depot in Jakarta in this January 26, 2011 file photo. To match Special Report CHINA-CORRUPTION/INDONESIA REUTERS/Supri/Files (INDONESIA - Tags: ENERGY BUSINESS)

Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi VII DPR, Hari Purnomo meminta skandal impor minyak oplosan Glencore dievaluasi secara transparan. Hal itu dilakukan  agar publik tahu apakah murni kesalahan teknis di lapangan ataukah ada unsur kesengajaan untuk mencari untung dari selisih harga komposisi.

Menurutnya jika Pertamina berani melakukan evaluasi secara transparan maka hal itu menunjukkan ada iktikad baik dari direksi Pertamina untuk memotong mata rantai mafia di perusahaan itu.  Bahkan tidak hanya evaluasi internal Pertamina, dia pun setuju jika penegak hukum melakukan investasi pada kasus minyak oplosan ini.

“Kalau penegak hukum mau investigasi yaa silahkan saja lakukan investigasi. Yang jelas semuanya harus transparan,” kata Hari di Gedung DPR Senayan Jakarta, Senin (3/10).

Selain itu, dirinya menegaskan tentunya dari setiap kinerja pegawai pasti ada mekanisme reward dan punishment, terlebih jika skandal Glencore ini ditemukan unsur kesengajaan maka menurutnya harus ada sanksi dan kepada Glencore bisa dikenakan blacklist.

“Kalau ada ditemukan unsur kesengajaan, ya dihukum saja kalau itu merugikan negara,” tandasnya.

Perlu diketahui bahwa Glencore telah mengirim minyak jenis Sarir dam Mesla tidak sesuai komposisi kesepakatan dalam tender. minyak yang berasal dari negara Libya itu seharusnya memiliki kandungan komposisi 70% Sarir dan 30% Mesla, namun yang datang malah sebaliknya 30% Sarir dan 70% Mesla.

“Jadi kemaren komposisinya terbalik, maka kita pending. Kapal yang di Balikpapan sudah bertolak keluar Indonesia, dia ke Singapura. Saya lupa sejak tanggal berapa itu. Tapi kalau yang tujuan Dumai, dia nggak jadi, putar balik di jalan,” kata Vice President ISC Pertamina, Daniel Purba.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Eka