Jakarta, Aktual.com – Hidup sehat itu sungguh murah biayanya. Sebaliknya, kalau sakit alangkah mahal ongkosnya. Persoalannya, hal yang sulit itu adalah membendung rasa malas untuk mengatur pola hidup yang memenuhi standard kesehatan.
Itu sebabnya, Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Korpri Nasional, Prof. DR. dr. Fachmi Idris, MKes. menyarankan, ada baiknya mengikuti kata pepatah ‘sedia payung sebelum hujan’. Lebih baik mencegah penyakit dari pada mengobatinya.
Fachmi menerangkan, terdapat tiga masalah utama perilaku masyarakat yang membahayakan kesehatan. Yaitu, mengonsumsi makanan yang tidak baik untuk kesehatan, kurang bergerak atau kurang olah raga dan kebiasaan merokok.
“Itu sebabnya saya mengimbau para PNS anggota Korpri agar menjadi role model atau teladan di lingkungannya dalam menjaga kesehatan. Caranya mudah dan murah. Itu tadi, dengan pola hidup sehat, menjaga pola makan dengan mengonsumsi makanan yang sehat, rajin berolah raga, serta tidak stres dan menghindari rokok,” kata Fachmi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (5/10).
Sakit itu memang mahal, tetapi tak sedikit yang lebih memilih membayar mahal untuk sakit. Tidak percaya?
Hasil survei World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia tahun 2000 memperlihatkan Indonesia menempati urutan keempat jumlah penyandang diabetes terbesar di dunia sebanyak 8,4 juta, setelah India 31,7 juta, Cina 20,8 juta dan Amerika Serikat (17,7 juta).
Bahkan, jumlah penyandang diabetes atau diabetesi di Indonesia diperkirakan akan mencapai 21,3 juta di tahun 2030. Jumlah ini meningkat sebanyak 12,9 juta diabetesi hanya dalam waktu 30 tahun, sejak tahun 2000.
Penyakit diabetes termasuk dalam penyakit yang menghabiskan biaya kesehatan besar. Sebab, tidak bisa disembuhkan dan kerap menimbulkan komplikasi.
Para penderita diabetes ini datang ke fasilitas kesehatan umumnya sudah mengalami komplikasi berbagai penyakit lain, seperti luka gangren, gangguan penglihatan, gagal ginjal, penyakit jantung, dan stroke.
Bukti bahwa sakit itu mahal dapat dilihat dari besarnya biaya kesehatan akibat diabetes sekitar Rp 3,2 triliun atau sekitar 33 persen biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan hingga 2015.
Menurutnya, penyebab meningkatnya jumlah diabetesi adalah lantaran kurangnya manajemen diri dari diabetesi.
“Manajemen diri diabetes tidak lain merupakan keterlibatan pasien terhadap seluruh aspek dalam penyakitnya. Bisa lewat diet, olah raga atau aktivitas fisik, pengobatan dan pemantauan kadar glukosa dalam darah,” katanya.
Menyinggung komitmen Korpri Nasional membangun sebanyak mungkin fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) berupa klinik di kantong-kantong PNS, Fachmi mendorong para pengurus Korpri Daerah menggandeng koperasi milik Korpri setempat. “Prinsip membangun Klinik Korpri itu dari dan untuk anggota. Strategi pendanaannya dapat dilakukan melalui modal bersama dengan menggandeng Koperasi milik Korpri di daerah. Jadi menjadi salah satu unit usaha koperasi tersebut,” ujar dia.
Contoh sukses skema kerja sama seperti itu sudah dilakukan oleh Pengurus Korpri Daerah Sumatera Selatan, di Kota Palembang. Koperasi Binapraja milik pengurus Korpri Sumsel sukses membangun Korpri Mart yang dilengkapi dengan Klinik Pratama Korpri dan Kafe Sehat.
Fachmi mendorong pengurus Korpri di daerah-daerah lain menggunakan skema yang sama untuk membangun klinik seperti di lingkungan Pemprov Sumsel ini, di pelbagai lokasi perumahan PNS.
“Tujuannya adalah secara promotif dan preventif dapat menjaga kesehatan anggota Korpri. Syukur-syukur, Klinik Korpri ini menjadi contoh yang baik dan menjadi idaman masyarakat di sekitarnya,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka