Jakarta, Aktual.com – Profesor dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dua ilmuwan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan penemu tujuh produk farmasi meraih Habibie Award ke-18 dari Yayasan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Penganugerahan habibie Award Periode XVIII dilaksanakan di Jakarta, Rabu (5/10).
Peraih Habibie Award bidang ilmu dasar adalah Hendra Gunawan. Ia merupakan Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB dan inovator dalam area analisis fourier modern, yakni proses matematika yang digunakan untuk memecahkan masalah bentuk gelombang kompleks dengan menguraikan gelombang tersebut menjadi komponen sinusoidanya.
Matematikawan paling produktif di Indonesia ini konsisten dalam area Analisis Fourier modern dengan banyak publikasi pada area yang sama dan Teori Interpolasi. Bersama dengan beberapa rekan peneliti, dirinya berhasil mendapatkan suatu karakterisasi dari operator integral fraksional yang diperumum pada ruang Morrey.
Profesor kelahiran Bandung, 54 tahun lalu ini memiliki dua publikasi di jurnal internasional, salah satunya di Pasific Journal of Mathematics, yang memperumum ketaksamaan untuk fungsi maksimal dari ruang Euclid ke grup Lie semi-sederhana. Hingga saat ini, Hendra telah menulis 30 makalah dalam area Analisis Fourier, 32 dalam area Analisis Fungsional, dan 14 area lainnya.
Peraih Habibie Award bidang ilmu kedokteran dan bioteknologi adalah Raymond R. Tjandrawinata yang juga Direktur Pengembangan Perusahaan di PT Dexa Medica.
Pria yang pernah berkarier di NASA Center dan SmithKline Beecham Pharmaceutica ini merupakan penemu tujuh produk farmasi. Raymond juga memegang empat hak paten di dalam negeri, serta 16 hak paten lainnya di beberapa negara.
Peraih Habibie Award untuk bidang ilmu rekayasa adalah Tommy Firman. Guru Besar Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB itu selama ini aktif di berbagai International board member jurnal internasional terkemuka dan telah menerima berbagai penghargaan diantaranya Ristek Award, Rockefeller Award dan Otto Kornigsberger.
Dan, terakhir Sapardi Djoko Damono yang meraih Habibie Award untuk bidang ilmu pengetahuan. Sapardi merupakan profesor bidang sastra yang telah menerbitkan berbagai sajak sejak 1957 dan telah diterbitkan sejumlah bahasa.
Dalam pidato ilmiahnya ia menyebut sastra pada hakikatnya adalah teknologi jika seseorang mengartikannya sebagai konsep tersebut sebagai cara melakukan sesuatu. Perkembangan teknologi menurutnya telah menyebabkan munculnya berbagai wahana baru dalam upaya berkomunikasi lewat sastra. Perubahan mendasar antara lain diakibatkan berubahnya status dari citizen menjadi netizen.
Artikel ini ditulis oleh: