Jakarta, Aktual.com – Ketua Setara Institute Hendardi menilai pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tentang lemahnya kinerja BIN merupakan cerminan kontestasi antar lembaga intelijen negara yang justru membuka ancaman baru, karena mengumbar situasi dan kekuatan intelijen negara secara terbuka.

“Tidak sepantasnya keluhan semacam itu disampaikan terbuka karena membahayakan pertahanan negara,” ujar Hendardi di Jakarta, Senin (10/10).

Menurutnya, TNI tidak boleh terus-menerus merasa lebih supreme atau kuasa atas segala hal. Sebab, konstitusi dan peraturan perundang-undangan sudah mengatur tugas serta fungsi masing-masing lembaga negara, termasuk dalam soal intelijen. Ide pembentukan BIN, kata dia, adalah memusatkan segala informasi keluar dari satu pintu dan dikelola secara lebih akuntabel dibanding intelijen di masa lalu.

“Jadi BIN adalah antitesis dari unit-unit intelijen di banyak institusi, terutama di TNI yang nyaris tidak bisa diakses, dikontrol, dan cenderung represif,” katanya.

Hendardi menambahkan, Intelijen di bawah BIN adalah cara untuk memaksa kinerja intelijen bekerja dengan cara-cara non militer.

“Bagi saya, aspirasi Panglima TNI sudah ‘offside’ dan menggenapi daftar keinginan buruk TNI yang sudah banyak dikemukakan di ruang publik untuk kembali mendominasi tugas keamanan termasuk kehendak untuk kembali berpolitik,” pungkasnya.

Sebelumnya, Panglima TNI menyampaikan keluh kesah karena tidak pernah ada pasokan info dari kalangan intelijen tentang apa yang menjadi ancaman bagi Indonesia. Jenderal bintang empat itu menekankan bahwa keringnya pasokan info itu sudah berlangsung lama.

Pernyataan itu disampaikan Panglima TNI dalam wawancaranya dengan salah satu majalah bertepatan dengan HUT TNI.

 

*Nailin

Artikel ini ditulis oleh: