Jakarta, Aktual.com – Pada ajang sidang tahunan Bank Dunia (World Bamk) dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), pekan lalu di Amerika Serikat, Bank Indonesia telah memperpanjang kerja sama bilateral swap (Bilateral Swap Arrangement/BSA) dengan Jepang.

Dalam kerja sama dengan Jepang itu, mencakup nilai perjanjian mencapai US$22,76 miliar. Artinya, jika BI suatu saat membutuhkan dana, bisa ngutang ke bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) itu paling tinggi sebesar US$22,76 miliar.

Selanjutnya, ke depan, BI juga akan segera memperpanjang kerja sama BSA atau BCSA (currency swap) dengan bank sentral Austrlia atau Reserve Bank of Australia.

“Ya pokoknya, kalau (BCSA dengan Australia) mau expired, maka kita akan perpanjang lagi. Jadi intinya, akan tergantung dari kedua negara itu,” jelas Deputi Gubernur Senior (DGS) BI, Mirza Adityaswara, di Museum BI, Jakarta, Senin (10/10).

BCSA antara BI dan Reserve Bank of Australia pertama kali ditandatangani dan efektif pada 15 Desember, 2015. Perjanjian ini memungkinkan swap mata uang lokal antara kedua bank sentral senilai AUD10 miliar atau Rp100 triliun dan berlaku efektif selama tiga tahun. Kemudian bisa diperpanjang atas kesepakatan kedua belah pihak.

Menurut Mirza, kerja sama dengan bank sentral negara lain adalah sebagai dana kedua yang diandalkan ketika dibutuhkan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Yang pertama, pihak BI mengakui tetap mengandalkan dari cadangan devisa (cadev).

“Yang jelas cadev sekarang makin tinggi. Ini jelas makin bagus buat negara dan stabilitas (sistem keuangan). Selain cadev, BI juga punya second line of defense, yaitu BSA itu,” cetus Mirza.

Perjanjian dengan bank sentral Australia ini, tujuannya untuk mendorong perdagangan bilateral yang bermanfaat bagi pengembangan ekonomi kedua negara.

Seperti yang disebutkan di laman BI, secara khusus, perjanjian ini akan menjamin penyelesaian transaksi perdagangan dalam mata uang lokal antara kedua negara, meski dalam kondisi terdapat tekanan di pasar keuangan. Perjanjian juga dapat digunakan untuk tujuan lain yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Sebelumnya di akhir pekan lalu, BI juga telah memperpanjang kerja sama BSA dengan BoJ. Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan antara Gubernur BI, Agus Martowardojo dan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dengan Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso, acara WB dan IMF itu.

Kesepakatan BSA ini bertujuan mendukung upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan di kawasan, serta melengkapi jaring pengaman sektor keuangan yang telah ada, baik di tingkat regional maupun global.

“Kerja sama ini bentuk komitmen kedua otoritas untuk menjaga stabilitas keuangan regional di tengah masih terus berlangsungnya ketidakpastian di pasar keuangan global,” jelas Agus Marto.

Kerja sama BSA dengan Jepang diawali pada 2003. Kala itu perjanjian baru mencakup nilai US$3 miliar.
BSA antara Indonesia-Jepang merupakan tindak lanjut kesepakatan Chiang Mai (Chiang Mai Initiative) antara negara-negara anggota ASEAN dengan tiga mitranya, yakni China, Jepang, serta Korea (ASEAN + 3), yang dicapai tahun 2000.

BSA adalah sebuah fasilitas bantuan keuangan jangka pendek dalam bentuk penukaran mata uang asing (foreign exchange swap) yang bertujuan memperkuat cadangan devisa negara-negara ASEAN manakala mengalami kesulitan neraca pembayaran jangka pendek.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan