Jakarta, Aktual.com – Sinyal yang dilempar Presiden Joko Widodo bahwa pariwisata bakal menjadi “core business” dan “backbone” perekonomian negeri ke depan, semakin memompa spirit Menpar Arief Yahya. Dirinya semakin rajin berkalibrasi dengan lembaga-lembaga kredibel dunia dengan deretan track record yang paling terpercaya. Setelah bulan lalu, dia berkaca di World Economic Forum (WEF), lembaga yang mengeluarkan Travel and Tourism Competitiveness Index pada 141 negara di Geneva, Swiss.
Menpar Arief Yahya pada Senin (10/10) ke markas lembaga PBB yang mengurus pariwisata UNWTO di Madrid, Spanyol. Ini adalah kunjungan kedua, setelah tahun 2015 lalu juga menjalin komunikasi aktif dan belajar dari success story dari banyak negara di dunia dalam mengelola pariwisata.
“Kami sudah ikuti resep UNWTO, dan kami ingin lakukan percepatan,” ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI dari Madrid dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (11/10).
Selama hampir dua tahun menjadi pilot Kemenpar, Menpar konsisten dengan segala terobosan dan gaya korporasi untuk mencapai targat 20 juta di 2019. Segala kelihaian di bidang marketing, pengalaman membangun portofolio bisnis, hingga mentransformasi mental kinerja SDM-nya terus dijalani dengan sabar.
“Saya percaya, hanya Imajinasi dan Aksi yang bisa merubah dunia. Semangat yang tinggi akan mencari jalannya sendiri untuk sukses,” ucapnya.
Hampir 150 menit, diskusi super serius dan penuh suasana akrab terjadi di meeting room lantai 4 Gedung UNWTO itu. Menpar Arief Yahya yang memimpin delegasi Kemenpar RI, didampingi Yuli Mumpuni Widarso, Dubes RI untuk Spanyol yang juga perwakilan RI di UNWTO, Don Kardono, Stafsus Menpar Bidang Media, Giri Adnyani, Sesdep Pemasaran Mancanegara Kemenpar, Nia Niacaya, Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah Eropa Timur Tengah, Afrika dan Amerika, Ronald Pantun Mariso, Setmenpar dan Kurniawan, staf Dubes RI di Spanyol.
Sekjen UNWTO Taleb Rifai pun menerima delegasi Wonderful Indonesia dengan sangat serius. Dia mengajak 9 petinggi UNWTO yang juga sudah kenyang pengalaman. Diantaranya, Mr. Márcio Favilla (Brazil)-Executive Director for Operational Programmes and Institutional Relations, Mr. Zhu Shanzhong (China)-Executive Director for Technical Cooperation and Services, Mr. Carlos Vogeler (Spanyol) Executive Director for Member Relations, Mr. Xu Jing (China)-Executive Secretary of the General Assembly and the Executive Council and Regional Director for Asia and the Pacific, Mr. John Kesler – Director of Tourism Market Trends Programme, Mr. Dirk Glaesser (Jerman) Director of Sustainable Development of Tourism, Mr. Marcel Leijzer (Belanda) Programme Manager of Tecnical Cooperation, Mr. Harry Hwang (Korea)-Deputy Director of Regional Programme for Asia and The Pacific, dan Ms. Christine Brew – Senior Programme Assistant of Regional Programme for Asia and the Pacific.
Menpar Arief pun melaporkan 3 points komitmen yang pernah disarankan UNWTO saat kunjungan setahun silam, 4 Desember 2015. Yakni soal Visa Free, Sustainable Tourism Observatory, dan Story Telling dalam mengembangkan destinasi pariwisata.
“Semua sudah kami jalankan dengan baik, untuk mengejar target double,” simpul Arief Yahya mengawali presentasinya.
Taleb Rifai pun langsung memotong presentasi di meeting room yang sama dengan tahun lalu itu.
“Target double? Dari 9,3jt ke 20 jt? Itu target yang sangat ambisius!” kata Sekjen Taleb Rifai.
Kalimat itu persis mengulang statemen yang sama tahun silam. “Ini adalah target Presiden Joko Widodo, dan tidak banyak pilihan, kecuali sukses dan sukses!” jawab Arief Yahya optimis.
Hampir semua tatapan mata tertuju ke Arief Yahya. Beberapa detik terpukau, tak ada suara. Arief Yahya sedikit menggeser kursinya, agar sedikit rileks.
“Bagaimana progressnya?” tanya Taleb Rifai, memecah kebekuan. “On target! Sampai saat ini!” kata Arief.
Lama Taleb Rifai tertegun. Lalu dengan cepat dia bertanya kepada Menpar Arief,
“Tahu kenapa on target? Kenapa sukses sampai saat ini?” Giliran Arief Yahya yang lama dibuat penasaran, “Karena apa Mr Taleb?” Dan jawaban Taleb Rifai pun mengejutkan: “Karena Anda Menteri Pariwisatanya!”
Sontak, dialog itu pun diakhiri dengan tertawa. Arief pun menjelaskan soal tiga rekomendasi yang diminta UNWTO itu. Pertama, Visa Free Facilitation, atau Bebas Visa Kunjungan (BVK) dari 25 negara menjadi 169 negara.
“Dampaknya signifikan, misalnya Inggris naik pesat, ternyata bukan hanya dari Negara Inggris di Eropa. Tapi juga dari Singapore, Kualalumpur, Hongkong dan sekitarnya, karena mereka tidak perlu sulit sulit mengurus Visa,” jelas Arief.
Wisman yang datang dari negara-negara anggota Non-ASEAN yang tumbuh 2 digit persentase, seperti dari Mesir (61,10%); Bahrain (39,90%), India (30,64%), UK (28,22%), Jerman (22,77%), Rusia (22,56%), Australia (19,56%), Cina ( 19,53%), Perancis (19,04%), dan Amerika Serikat (17,74%).
Kedua, soal Standar Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan yang berujung pada tiga daerah yang sudah diakui UNWTO, menjadi Sustainable Tourism Observatory (STO). Tiga daerah itu adalah Pangandaran Jawa Barat bekerjasama dengan ITB Bandung, Kulonprogo dengan UGM dan Lombok Barat dengan Universitas Mataram NTB.
“Terima kasih, kami sudah memperoleh pengakuan UNWTO, dan salah satu yang terbaik setelah China,” ungkap Arief Yahya.
Ketiga, membangun Story Telling dibdestinasi Pariwisata. Termasuk membuat stori tentang orang-orang atau tokoh yang sukses dan mendedikasikan di bidang pariwisata. “Ini masih proses, dan akan selesai sampai akhir tahun 2016 ini,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka