Jakarta, Aktual.com – Cuaca buruk yang melanda wilayah penghasil cabai merah keriting menyebabkan harga komoditas ini melonjak drastis di seluruh pasar tradisional yang ada di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
“Dari pendataan yang kami lakukan, harga cabai merah keriting ini melonjak dikarenakan pasokan berkurang dan harganya pun sudah naik dari tingkat distributor,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan Pasar (Diskoperindagsar) Kabupaten Sukabumi, Ela Nurlaela di Sukabumi, Jumat (14/10).
Menurutnya, kenaikan paling tinggi terjadi di Pasar Palabuharatu yang harganya melonjak hampir dua kali lipat yakni dari Rp20 ribu menjadi Rp36 ribu setiap kilogramnya.
Untuk di Pasar Cibadak, kenaikan sudah terjadi dalam beberapa pekan terakhir yang awalnya Rp33 ribu terus naik menjadi Rp40 ribu/kg. Untuk di Pasar Cicurug naik Rp1.000/kg dari Rp35 ribu menjadi Rp36 ribu setiap kilogramnya. Kemudian di Pasar Parungkuda dari Rp30 ribu menjadi Rp27 ribu.
Sedangkan di Pasar Sukaraja relatif stabil di kisaran Rp30 ribu, Pasar Surade Rp50 ribu dan di Pasar Sagaranten Rp40 ribu. Namun, untuk di Pasar Cisaat harganya justru turun dari Rp36 ribu menjadi Rp35 ribu.
Adanya perbedaan harga di setiap pasar tradisional ini dikarenakan jauh dekatnya lokasi pusat perbelanjaan tersebut dari alur distribusi. Sehingga jika pasar tersebut jauh dari lokasi distribusi maka harganya akan lebih mahal karena beban distribusi yang lebih besar.
“Tidak hanya cabai merah keriting yang harganya melonjak, harga cabai merah TW pun naik yang kenaikannya tidak jauh berbeda dengan harga cabai merah keriting,” tambahnya.
Sementara, salah seorang pedagang sayuran di Pasar Cisaat, Ibad Badriah mengatakan kenaikan harga memang tidak langsung, tetapi perlahan. Awalnya ia sempat menjual harga cabai merah keriting hanya Rp20 ribu/kg, namun dalam sepekan terakhir ini sudah beberapa kali harganya naik mulai dari tingkat distributor.
“Memang untuk pekan ini harga cabai merah keriting turun, tetapi tidak menutup kemungkinan harganya naik lagi karena cuaca kurang mendukung untuk memproduksi cabai, apalagi informasinya di beberapa daerah penghasil sudah ada yang gagal panen,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka