Dirut PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto. (ilusrasi/aktual.com)
Dirut PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto. (ilusrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Mantan Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas, sekaligus Pengamat Ekonomi dan Energi dari UGM, Fahmy Radhi tidak sepakat dengan adanya skema perombakan struktur PT Pertamina (Persero) dengan memformat keberadaan posisi baru dalam struktur yakni Wakil Direktur Utama (Wadirut).

Menurutnya posisi itu tidak sama sekali didasari kebutuhan organisasi dalam rangka penyelenggaraan bisnis dan pelayanan publik, namun ia melihat perombakan itu hanya sebatas intrik politis untuk ‘kudeta’ Dirut Pertamina, Dwi Sutjipto deng menyempit ruang geraknya.

“Penambahan Direksi menjadi 9 dan wakil Dirut, sangat tidak tepat. Justru adanya jabatan Wakil Dirut Pertamina mengindikasikan ada upaya pelengseran Dirut secara sistemik,” katanya, Jumat (21/10).

Berdasarkan pengamatannya bahwa gejolak ini sebagai dampak atas pertentangan di setiap kubu-kubu yang ada di dalam perusahan milik negara itu.

“Ini sebagai dampak pertentangan kubu-kubu di direksi dan komisaris yang disokong Kementerian BUMN,” tandasnya.

Sebagaimana diketahui Menteri BUMN Rini Soemarno telah menambah dua jabatan baru direktur PT Pertamina yaitu Ahmad Bambang sebagai Wakil Direktur Utama dan Rachmat Hardadi sebagai Direktur Megaproject Pengolahan dan Petrokimia.

Penunjukan dua direksi baru Pertamina tersebut diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Pertamina yang dihadiri Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat, dan komisaris Pertamina.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka