Dirut PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto memberikan keterangan pers terkait likuidasi Petral Group di Jakarta, Senin (4/4). Pertamina telah melakukan formal likuidasi Petral Group yang terdiri dari Zambesi, Petral dan PES pada Februari 2016 lalu sehingga lebih cepat dari target sebelumnya yakni Juni 2016. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pras/16.

Jakarta, Aktual.com – Mantan Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas, sekaligus Pengamat Ekonomi dan Energi dari UGM, Fahmy Radhi melihat kejanggalan dari perubahan struktur PT Pertamina yang dilakukan oleh Kementerian BUMN.

Pasalnya, selama ini selalu saja dikatakan bahwa perusahaan itu mau melakukan efisiensi, namun dengan adanya pembengkakan struktur, tentu saja hal ini menjadi kontradiktif atas apa yang diwacanakan.

Menurutnya, kegiatan bisnis Pertamina juga tidak mengalami ekspansi yang signifikan, sehingga idealnya yang mesti dilakukan yakni merampingkan struktur, bukan malah membengkak sebagaimana yang terjadi saat ini.

“Adanya penambahan Direksi menjadi sembilan orang sangat tidak sesuai dengan semangat efisiensi yang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh Dwi Sutjipto (Direktur Utama Pertamina). Tidak ada urgensi bagi Pertamina saat ini untuk menambah Direksi dan Wakil Dirut, karena tidak ada pengembangan bisnis signifikan yang dilakukan Pertamina. Mestinya justru perampingan Direksi yang harus dilaksanakan, bukan penggemukan,” tegasnya di Jakarta, Jumat (21/10).

Sebagaimana diketahui Menteri BUMN Rini Soemarno telah menambah dua jabatan baru direktur PT Pertamina yaitu Ahmad Bambang sebagai Wakil Direktur Utama dan Rachmat Hardadi sebagai Direktur Megaproject Pengolahan dan Petrokimia.

Penunjukan dua direksi baru Pertamina tersebut diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Pertamina yang dihadiri Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat, dan komisaris Pertamina.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka