Jakarta, Aktual.com – Pengamat Ekonomi Faisal Basri menjelaskan bahwa Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita terus mengalami tren penurunan selama tiga tahun terakhir.

“Laporan pemerintah Indonesia memang hebat, nomor tiga di dunia, tetapi dibandingkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) justru semakin kacau,” kata Faisal Basri di Jakarta, Jumat (21/10).

Menurut data, proyeksi target RPJM tahun 2017 adalah 7,1 persen dan tahun 2018 sebesar 7,5 persen, kemudian di tahun 2019 adalah 8 persen dengan rata-rata dari tahun 2015 hingga 2019 adalah 6,9 persen.

Namun realisasinya adalah proyeksi 2017 sama dengan 5,2 persen serta tahun 2018 sebesar 5,5 persen dan tahun 2019 adalah 6,0 persen dengan rata-rata dari 2015 sampai 2019 adalah 5,3 persen. sehingga selisih rata-ratanya adalah 1,6 persen.

Menurut Faisal hal ini tidak bagus, karena secara data juga menyebutkan bahwa GDP per kapita dari tahun 2013 sampai 2015, atau tiga tahun terakhir turun dari 12 ribu dolar AS menjadi 10 ribu dolar AS berdasar statistik dari Bank Dunia.

“Ujung tombak selama ini adalah investasi swasta, bukan dari program pemerintah, namun hal tersebut justru diganggu terus, alhasil pertumbuhan kredit terus turun hingga 6,8 persen,” katanya.

Ia juga memberikan analogi bahwa, jika ingin menumbuhkan hasil yang bagus belajar seperti atlet, yang terus berlatih, disiplin, asupan makanan terjaga dan terus berkompetisi.

“Ekonomi itu seperti atlet, contohnya MIchael Phelps yang meraih hasil menakjubkan di olimpiade juga bukan kebetulan, tetapi terus berlatih dan disiplin, begitu juga perekonomian, semua sektor juga harus disiplin, asupan aliran dana juga harus terjaga, tidak bisa hanya fokus di satu sisi saja,” katanya.

Negara berkembang di Asia seperti Vietnam dan FIlipina bisa melakukan hal tersebut, maka Indonesia menurutnya harus cepat sadar akan adanya masalah yang mengganjal tersebut dan segera dicari penyebabnya serta evaluasi. (ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka