Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi VII DPR RI, Satya Widya Yudha mengaku heran banyak pihak yang tidak mengetahui dan menganggap seakan-akan kebijakan BBM satu harga merupakan sebuah kebijakan baru bagi Indonesia.
Menurutnya dari dulu juga kebijakan BBM telah dilakukan satu harga, namun pada praktiknya banyak mengalami kendala sehingga menyebabkan harga terjadi disparitas yang begitu besar untuk daerah-daerah tertentu.
“Harus diingat bahwa dari dulu satu harga. Saya juga bingung kenapa satu harga seakan baru saat ini. Kalau diingat, dulu ada namanya subsidi silang. Alfa terakhir Rp720/liter. Semua BBM itu jadi satu harga,” katanya di Gedung Dewan Pers Jakarta, Minggu (23/10).
Namun lanjut Satya, yang menjadi kendala adalah selain permasalah biaya distribusi yang begitu tinggi, namun faktor yang menyebabkan harga BBM menjadi mahal karena maraknya aksi penimbunan dan penyalahgunaan subsidi.
Makanya sekarang kata Politisi Golkar ini, sistem transaksi Pertamina ke lembaga penyalur telah berubah menjadi serah terima di SPBU. Kalau dulu jelasnya, Pertamina melakukan jual beli di Depo, namun yang terjadi banya mobil tangki ‘kencing di Jalan’ atau menyimpang ke Industri, sehingga subsidi menjadi tidak tepat sasaran.
“Harga BBM dari dulu satu harga, tapi selama ini banyak menimbun. Misalnya di NTT, enggak bisa. Pertamina sudah melalukan sesuai prosedur. Lalu di kalimantan juga ada penyelundup. Kita memetakan tapi yang terjadi lari ke perusahaan batubara, lari untuk industri,” tandasnya.
Dadangsah
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Andy Abdul Hamid