Jakarta, Aktual.com – Jepang, AS dan Korea Selatan, Kamis, sepakat untuk bekerja sama memberi tekanan lebih keras kepada Korea Utara agar meninggalkan program nuklir dan rudalnya, kata Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Shinsuke Sugiyama.
Ketegangan di semenanjung Korea meningkat pada 2016, diawali dengan uji nuklir ke empat Korut pada Januari, yang disusul dengan peluncuran satelit, serangkaian uji berbagai rudal, dan uji nuklir kelima dan terbesar pada September, semuanya merupakan pelanggaran sanksi internasional.
“Kami menegaskan kembali pentingnya meningkatkan tekanan terhadap Korut untuk menghentikan pembangunan nuklir dan rudal serta merealisasikan denuklirisasi di semenanjung,” kata Sugiyama kepada wartawan.
Ia berbicara setelah pertemuan dengan Wakil Menlu AS Antony Blinken di Tokyo dan Wakil Menlu Korsel Lim Sung-nam.
Rusia dan Tiongkok, sekutu besar satu-satunya bagi Korut, mendorong dibukanya kembali dialog enam-pihak mengenai denuklirisasi di Korut.
Dialog yang juga akan melibatkan Jepang, Korsel dan AS itu sudah dilakukan sejak 2008.
Lim dan pemerintahnya telah memutuskan memulai kembali dialog dengan Jepang untuk menyimpulkan Kesepakatan Keamanan dan Informasi Militer Umum (GSOMIA), pakta untuk berbagi informasi sensitif terkait aktivitas rudal dan nuklir Korut.
Penandatanganan kesepakatan itu dijadualkan pada 2012, namun Korsel menundanya ditengah penentangan domestik untuk mendandatangani pakta keamanan dengan Jepang, bekas penguasa kolonialnya.
Hubungan Tokyo dan Seoul, yang dicemari oleh sengketa teritori dan agreasi militer Jepang di masa lalu, kembali menghangat setelah mencapai kesepakatan penting pada Desember untuk memecahkan masalah gadis-gadis dan wanita yang dipaksa bekerja di rumah bordil Jepang di masa perang.
ant
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby