Jakarta, Aktual.com – Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), 7 Day Repo Rate belum lama ini memang kembali diturunkan menjadi 4,75 persen. Langkah ini dianggap positif bagi industri jasa keuangan, salah satunya sektor industri pembiayaan.

Meski begitu, tantangan tetap ada. Makanya perusahaan pembiayaan seperti PT Andalan Finance Indonesia (AFI) terus melakukan diversifikasi sumber pendanaan untuk memperoleh struktur pendanaan yang optimal dengan biaya dana yang kompetitif.

“Seiring penurunan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate dimana saat ini sebesar 4,75 persen, makanya kami optimis target pembiayaan tahun ini dapat tercapai,” tegas Presiden Komisaris AFI, Stephanus H. Budi, di Jakarta, Senin (31/10).

Selain itu, dari dari pemangku kepentingan juga semakin kuat, termasuk rekanan kreditur, rekanan dealer dan Nasmoco Group (dealer Toyota di wilayah Jogjakarta dan Jawa Tengah.

Dalam rangka diversifikasi pendanaan itu, AFI medapat fasilitas kredit installment loan dari PT Bank Central Asia, Tbk untuk yang keenam kalinya senilai Rp 300 miliar. Dengan adanya penambahan fasilitas kredit ini, maka total fasilitas kredit yang telah diterima AFI dari BCA sebesar Rp1,425 triliun.

Selain itu, pihaknya juga mengincar pendanaan dari beberapa bank nasional yang sudah tercapai komitmennya. Hingga kuartal III-2016, AFI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp2,6 triliun atau meningkat sebesar 13 persen dari periode yang sama pada tahun lalu.

“Penyaluran pembiayaan tersebut telah mencapai 82 persen dari target pembiayaan hingga akhir tahun 2016 ini,” jelas dia.

AFI menargetkan penyaluran pembiayaan hingga akhir tahun 2016 sebesar Rp 3,4 triliun. Target pembiayaan ini naik sebesar 20 persen dibandingkan dengan penyaluran pembiayaan di tahun sebelumnya. Perusahaan saat ini masih berfokus pada pembiayaan kendaraan bekas, yaitu jenis roda 4 atau lebih.

Ini ditunjukkan dengan komposisi pembiayaan kendaraan bekas sebesar 75 persen dan sisanya sebesar 25 persen merupakan pembiayaan kendaraan baru. Dari total penyaluran pembiayaan tersebut, 10 persen berupa kendaraan niaga (commercial) dan 90 persen lainnya berupa kendaraan penumpang (passenger).

“Kenaikan pada penyaluran pembiayaan dan nilai aset diikuti dengan efisiensi biaya operasional serta penurunan tingkat piutang tak lancar (Non Performing Financing/NPF),” ujar Stephanus.

Penurunan tingkat NPF ini, kata dia, terjadi karena sistem deteksi dini yang dilakukan oleh perusahaan terhadap konsumen yang piutangnya terindikasi bermasalah dalam pembayaran dapat berjalan dengan baik.

Menurutnya, AFI terus menunjukkan pertumbuhan dari sisi penyaluran pembiayaan dan nilai aset yang disertai dengan penerapan pengelolaan risiko yang mengutamakan kualitas piutang.

“Ke depan, AFI akan melanjutkan berbagai inisiatif bisnis yang dinilai berhasil di 2016,” ujar dia.

Program tersebut di antaranya Dealer & Customer Relationship Program yang ditujukan untuk menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan rekanan dealer dan untuk meningkatkan loyalitas konsumen setianya.

“Program ini didasari dengan memberikan bunga kompetitif dan proses pengajuan pembiayaan yang cepat, serta terintegrasi secara online,” pungkas Sebastianus.[Busthomi]

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid