Jakarta, Aktual.com – Kordinator Relawan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno (ABDI) untuk Rakyat, Mohammad Huda, menyatakan Aksi Bela Islam II yang digelar 4 Oktober 2016 merupakan kelanjutan protes atas pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menyinggung surat Al Maidah Ayat 51 dalam pidatonya di Kepulauan Seribu.
Beberapa kelompok aksi juga berencana akan menginap di sekitar Istana Presiden. Hal tersebut akan dilakukan jika Presiden Joko Widodo tidak memerintahkan aparat penegak hukum untuk mengadili dan memenjarakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Kami relawan Abdi Rakyat akan memenangkan pasangan tersebut dengan cara-cara yang fair dan sesuai aturan,” tegas Huda dalam keterangan tertulisnya, Rabu (2/11).
Disampaikan, Relawan ABDI Rakyat merupakan kelompok relawan pendukung Anies Baswedan non Parpol. Dengan keanggotaan 36.000 individu relawan dan organisasi yang juga turut berperan dalam pemenangan Jokowi.
Pasangan Anies – Sandi, menurutnya pantas didukung karena memberikan harapan terhadap kemajuan Jakarta. Keduanyamau mendengar keluhan rakyatnya dan mendorong keterlibatan warga dalam pembangunan kotanya. Bukan hanya itu, kepemimpinan Anies dan Sandi diyakini bersih dari korupsi atau kasus hukum lainnya.
“Kami juga menolak semua bentuk politisasi SARA dalam Pilkada DKI Jakarta,” jelas Huda.
Terkait kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok, Relawan ABDI untuk Rakyat mendesak pemerintah agar mengedepankan proses hukum seadil+adilnya serta transparan, sehingga tidak menimbulkan banyak spekulasi yang merugikan.
Menghubung-hubungkan Presiden Jokowi dalam kasus dugaan penistaan agama dan menjadi sasaran aksi 4 November, lanjut dia, sangat tidak berdasar dan berlebihan. Meski begitu, pihaknya berharap Presiden Jokowi bersikap netral pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
“Meminta kepada Presiden Jokowi untuk tetap fokus dalam menjalankan program nawacita dan Trisakti untuk kesejahteraan rakyat sesuai janji kampanye beliau,” katanya.
Relawan ABDI untuk Rakyat juga mengajak semua pihak menjaga keberagaman yang dimiliki oleh negara kita sebagai kekayaan dan kekuatan, serta memegang teguh Pancasila sebagai Falsafah hidup berbangsa dan bernegara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Musuh kita bukan suku, agama dan ras. Musuh kita adalah korupsi, kemiskinan dan penggusuran,” demikian Huda.
Soemitro
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan