Jakarta, Aktual.com – Panglima Front Pembela Islam (PFI), Munarman mengecam keras sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kabur dan tak menemui para pendemo dalam Gerakan Bela Islam II yang menuntut kasus penistaan agama oleh Gubernur non aktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
“Kemarin demo Bela Islam II itu banyak orang yang ikut, betul-betul masyarakat baru yang ikut demo. Itu semua bisa terjadi karena kemauan Allah. Tapi sayangnya, Presiden kita dongo (bodoh),” tegas Munarman di Markas FPI, Petamburan, Jakarta, Minggu (6/11).
Menurut dia, kebodohan Jokowi terlihat dari sikapnya merespon demo umat Islam yang malah kabur ke Bandara Soekarno Hatta untuk melihat perkembangan proyek kereta api Bandara.
“Padahal, kalau Presiden kita cerdas, dia bisa inisiatif untuk datang ke Masjid Istiqlal dan bisa menjelaskan ke umat. Bukan malah kabur,” tegasnya
Munarman juga mengkritisi proses penanganan kasus penistaan Al Quran oleh Ahok ini berjalan lamban. Bahkan, kabarnya pihak Kepolisian mau melakukan gelar perkara di Kepolisian, bukan di pengadilan, serta disiarkan secara langsung.
“Proses ini terkesan aneh. Apalagi dari yang saya dengar, saya dapat bocoran ahli yang akan didatangkan lebih banyak berpihak (buat Ahok), dari pada ahli memberatkan. Sementara ahli hanya dari Habib Rizieq dan satu dari MUI. Sepertinya ada kepentingan lain. Kita harus waspada,” cetus pengacara FPI ini.
Apalagi selama ini, pihak Kepolisian sendiri terkesan enggan untuk mencari saksi ahli. Padahal itu tugas pihak Polri, dan mereka sendiri memiliki anggaran.
“Kenapa mereka terkesan tak serius mencari saksi ahli?” jelasnya.
Bahkan, kata dia, yang terjadi justru pihak Polri malah meminta saksi ahli ke pihak umat muslim yang justru melaporkan Ahok ke Kepolisian.
“Menurut saya, tidak pernah pihak Kepolisian untuk meminta ahli dari orang yang melaporkan. Justru tugas dia untuk cari saksi ahli,” keluhnya.
Untuk itu, dia minta pemerintah dan Kepolisian untuk menagkap Ahok secepat mungkin. Kalau tidak, unjuk rasa Gerakan Bela Islam III akan segera terjadi.
“Kemarin itu, massa kita sangat banyak dan di empat penjuru angin sudan mengepung Istana. Ini lebih banyak saat menurunkan rezim Soekarno atau Soeharto. Tapi para ulama kita bukan mau berpolitik, hanya untuk bertemu Jokowi agar kasus Ahok cepat ditangani,” tandasnya.
(Laporan: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka