Jakarta, Aktual.com – Beberapa hari lalu, pemerintah sudah membuat proyeksi pertumbuhan perekonomian nasional untuk tahun 2018 nanti. Perkiraan pemerintah akan mencapai 6,1%, target pertumbuhan ekonomi ternyata dipatok terlalu optimistis.
Padahal, asumsi makro untuk pertumbuhan ekonomi di tahun depan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 saja sebesar 5,1%.
“Kalau mau realistis, pertumbuhan ekonomi 2018 akan sangat tergantung apa yang terjadi di 2017 nanti. Begitu juga pertumbuhan 2017 itu sebagai cerminan dari pertumbuhan ekonomi di 2016 ini,” ujar Wakil Ketua Komisi XI DPR, Hafizs Tohir di Jakarta, Senin (7/11).
Menurut Hafizs, jika mau melihat kondisi di 2016 saja, di semester kedua terutama Kuartal IV-2016 ini terjadi kemandegan pertumbuhan. Sehingga secara over all pertumbuhan di 2016 akan terkunci pada 5,0%, dari target 5,2% dalam RAPBN-2016.
“Nah pertanyaannya, berapa pertumbuhan eknomi di 2017? Apakah akan bertumbuh tinggi? Tak akan jauh beda dari tahun depan. Jadi kalau diproyeksikan sebesar 6,1% itu over optimistis,” jelas politisi dari PAN ini.
Dia menegaskan, beberapa indikator pertumbuhan yang masih belum terlalu pulih. Katanya, jika mau dilihat dari sektor penggerak ekonomi di bidang industri masih belum nampak tanda-tanda membaiknya. Begitu juga dengan perdagangan masih dalam kondisi antara break even dan defisit.
Sementara dari sisi penerimaan negara sektor pajak belum sesuai dengan target yang ingin dicapai. Belum kagi bicara investasi langsung dari asing atau Foreign Direct Investment (FDI) di 2016 ini tidak juga bertumbuh sesuai harapan.
“Jika kondisinya masih seperti itu, maka dapat kita simpulkan kalau pertumbuhan ekonomi 2017 tidak akan beda jauh dengan yang terjadi di 2016, yaitu sekitar 5,1%-5,2%.
Oleh karena itu, kata dia, jika di 2017 saja DPR dan pemerintah memproyeksikan pertumbuhan di angka 5,1%-5,2%, maka pertumbuhan untuk 2018 nanti, tentu tak akan jauh juga dari tahun 2017 itu.
“Kecuali, sekali lagi kecuali, ada FDI yang masuk secara luar biasa ke dalam negeri, maka ini yang nanti akan memicu kenaikan pertumbuhan ekonomi yang besar. Tapi, pertanyaannya, apakah FDI tersebut akan masuk? Wallahualam,” pungkasnya.
Sebelumnya pada pekan lalu, dalam Rapat Terbatas di Istana Negara, di depan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menargetkan pertumbuhan ekonomi tinggi di 6,1% di 2018.
Kendati dia sendiri mengakui, dalam dua tahun ini, pertumbuhan ekonomi di 2015 ada di kisaran 4,8% dan di 2016 diproyeksi 5,0%. Dan tahun 2017 nanti cuma ditargetkan 5,1%.
“Tapi di 2018, pertumbuhan ekonomi harus di atas 6%. Dan apa yang perlu dilakukan oleh kita sebagai tim pemerintah dalam melaksanakan berbagai macam policy atau kebijakan dan tindakan-tindakannya, itu Pak Presiden minta disiapkan,” ujar Menkeu.
Menurutnya, Presiden mengharapkan pemerintah bisa meningkatkan momentum pertumbuhan. Sehingga dapat mengakselerasi pengurangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan dan penciptaan lapangan kerja.
“Tadi telah dipresentasikan bahwa perekonomian global masih lemah. Jadi (kalau pertumbuhan tinggi) sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari dalam negeri. Yaitu peranan investasi dan konsumsi menjadi sangat penting,” jelas Menkeu.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan