Massa Aksi Damai 4 November terlibat bentrok dengan petugas, Jakarta, Jumat (4/11/2016). Belum diketahui apa yang menyebabkan terjadinya bentrokan. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Senator Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem), Standarkiaa Latief berpandangan, Presiden Joko Widodo dengan sengaja membelokkan fakta bahwasanya umat Islam ‘marah’ kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Pengalihan fakta ini dibuktikan dengan adanya pernyataan dari Jokowi yang menyebut aksi bela Islam II, Jumat (4/11), ditunggangi kepentingan politik tertentu.

“Jadilah itu sebagai sindrom politik yang naif, sekaligus retorika justifikasi ngeles atas sebuah peristiwa politik tertentu yang mengguncangkan,” sindir Kiaa, saat dihubungi, Senin (7/11).

Padahal, sambung Kiaa, Majelis Ulama Indonesia (MUI), organisasi yang selalu jadi rujukan pihak Kepolisian dalam setiap kasus dugaan penistaan terhadap Islam, secara tegas  menyatakan bahwa Ahok telah menghina Islam.

“Lebih dari itu, sindrom tersebut juga menjadi diplomasi apologetik, ketidak mampuan berbuat lebih baik, terus pandai mencari-cari kesalahan orang atau pihak lain,” sesalnya.

Kata aktivis ’98 ini, sebagai seorang pemimpin, sangat tidak pantas pernyataan soal penunggangan politik dalam aksi bela Islam II Jokowi dinyatakan di depan publik.

“Untuk itu harus berani bersikap tegas dengan berpegang atau mengacu kepada substansi dan esensi masalah prioritasnya,” ucapnya.

Menurutnya, yang harus ditanamkan di pikiran Jokowi ialah bagaimana menyelesaikan masalah penistaan agama yang diduga dilakukan Ahok. Bukan malah melontarkan pernyataan yang justru memperkeruh kondisi dan situasi yang ada.

“Kita bukan hidup di surga, pasti ada masalah. Intinya, ambil keputusan prioritas terbaik dengan mengkalkulasi efek kesengsaraan orang banyak,” pungkasnya.

M. Zhacky Kusumo

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan