Jakarta, Aktual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laju pertumbuhan ekonomi di Kuartal III-2016 ini yang ternyata hanya mencapai 5,02%. Kendati dinilai cukup tinggi, masih di atas 5%, namun trennya justru tengah merosot. Angka itu berarti lebih rendah dari capaian Kuratal II-2016 yang sebesar 5,18%.
“Jadi dilihat dari laju pertumbuhan itu, saya rasa penyebab pertumbuhan ekonomi yang cenderung menurun itu, karna tidak ada sumber pertumbuhan baru,” tandas pengamat ekonomi INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara di Jakarta, Senin (7/11).
Menurut Bhima, dari sisi pengeluaran konsumsi pemerintah ini ternyata pertumbuhan negatif sebesar -2.97%. Hal ini sangat disayangkan memang, mengingat mestinya konsumsi pemerintah harus jadi pendongkrak pertumbuhan.
“Inilah dampak dari adanya kebijakan pemotongan anggaran yang diterapkan pemerintah. Padahal di Triwulan II-2016, konsumsi pemerintah bertumbuh 6,28%,” jelas Bhima.
Sementara itu, kata dia, untuk investasi langsung Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) turun jadi 4,06%, dibanding Kuartal-II 2016 kemarin mencapai 5,06%.
PMTB adalah pengeluaran untuk barang modal yang mempunyai umur pemakaian lebih dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi. PMTB mencakup bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan.
Tadi pagi, BPS merilis angka pertumbuhan ekonomi Kuartal III 2016 mencapai 5,02% year on year (yoy) dan 3,2% quarter to quarter (QtQ). Angka pertumbuhan ini menurun, jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Kuartal II 2016 yang tumbuh mencapai 5,19% (YoY) dan 4,03% (QtQ).
“Angka ini tentu masih perlu ditingkatkan, baik secara tinggi maupun kualitasnya,” ujar Ketua BPS Suhariyanto di kantor pusat BPS.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi secara kumulatif naik dari 4,79% pada 2015 menjadi 5,04% sampai dengan kuartal III.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka