Jakarta, Aktual.com – Pemerintah diminta jangan terlalu membanggakan diri dengan capaian pertumbuhan di Kuartal III-2016 yang mencapai 5,02%.
Pasalnya, di balik angka itu justru ada kondisi yang mengkhawatirkan, yaitu indikator-indikator ekonomi yang menunjukkan kinerja pemerintah kian menurun.
Selain itu, publik juga jangan langsung gembira dengan pertumbuhan yang tinggi itu. Apalagi disebut lebih tinggi dari Kuartal III-2015 atau Kuartal I-2016, meski masih kalah dari Kuartal II-2016.
“Justru yang terjadi di Kuartal III-2016 itu cukup mengkhawatirkan. Dari sisi gejala deindustrialisasi juga makin parah. Sekarang, porsi industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di bawah 20%,” jelas pengamat ekonomi INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara di Jakarta, Senin (7/11).
Terlebih lagi, kata dia, dari sisi lapangan usaha sektor industri juga kian lesu. Sektor ini, disebut Bhima, hanya bertumbuh 4,56%. Angka tersebut masih menurun dibanding kuartal sebelumnya.
“Jika dilihat dari deindustrialisasi yang anjlok itu seiring dengan merosotnya pertumbuhan ekspor hingga minus 6% di Kuartal III ini,” ujar dia.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor Indonesia di kuartal III-2016 tercatat mengalami minus 6%. Hal ini senada impor yang juga masih minus 3,87%.
Kondisi ekspor dan impor Indonesia minus itu memang karena perlambatan pertumbuhan ekonomi dari negara-negara tujuan dagang Indonesia. Seperti China yang tidak mengalami pertumbuhan, Singapura turun dari 2% menjadi 0,6%.
Selain itu, Korea Selatan juga alami penurunan dari 3,3% menjadi 2,7% juga turut memengaruhi laju ekonomi Indonesia. Meski demikian, laju ekonomi Amerika Serikat yang menaik dari 1,3% menjadi 1,5% belum mampu berbuat banyak.
Dengan kondisi tersebut, ujar Bhima, untuk Kuartal IV-2016 ini pertumbuhan ekonomi diprediksi bisa terjaga di angka 5%. Hal itu terjadi karena dorongan konsumsi Hari Natal 2016 dan tahun baru 2017 nanti.
“Sehingga, sampai akhir 2016 ini, prediksi pertumbuhan ekonomi berkisar antara 4,9% sampai 5%,” pungkas Bhima.(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid