Jakarta, Aktual.com-Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump dipastikan menjadi presiden ke-45 AS.Mantan bintang reality show ini mengungguli calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton. Kemenangan Trump tidak lepas dari pola politik pemilih Amerika yang sangat rasional.
Mereka hanya memberikan dua periode kepa calon dari partai tertentu untuk berkuasa. Partai Demokrat yang diwakili oleh Barack Obama dinilai sudah cukup mengemban jabatan itu. Kini publik Amerika menginginkan seorang calon dari Republik yang membawa negara ke “Make America Great Again“.
Demikian dikatakan oleh Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy, yang saat ini tengah berada di Amerika Serikat, Rabu (9/11).
Romy menuliskan 7 alasan dibalik menangnya Trump sebagai berikut:
1. Pada saat Ini ditulis, Trump baru saja menyampaikan pidato yang menyatakan dirinya baru saja ditelpon Hillary atas kemenangannya. Trump katakan, “Hillary baru saja telpon menyampaikan selamat kepada KITA, “it’s about US“. Mengapa? Karena kemenangan Trump, meski perhitungan suara belum selesai, diproyeksikan akan sempurna dengan kemenangan di Kongres, baik di House of Representative (DPR) maupun di Senat. Di DPR, dari 435 anggota, Republik diperkirakan memenangkan 240 vs 195 kursi. Sedang di Senat, Republik diperkirakan sementara 51 vs 47 kursi. Bahkan, Republik juga menguasai kemenangan mayoritas dalam pemilu gubernur di 12 negara bagian, dan lembaga kejaksaan.
2. Dimana kunci kemenangan Trump yang mengejutkan bahkan sebagian besar lembaga survey dan media besar seperti CNN dan New York Times? Saya katakan, kunci Trump di 3 hal eksternal diluar dirinya dan 3 hal internal faktor.
3. Faktor eksternalnya, Pertama, keinginan rakyat AS untuk perubahan setelah 2 term kepresidenan dikuasai Demokrat. Adalah hal yang siklikal dalam politik AS yang rasional di beberapa dekade terakhir, mereka hanya memberikan kesempatan selama 2 term kepada setiap partai politik untuk berkuasa. Kedua, budaya patriarkhal yang masih sangat kuat di AS. Bayangkan, setelah 240 tahun merdeka, baru kali ini lolos seorang nominee presiden perempuan. Ini di tengah realitas banyaknya LSM Ketiga, kewajaran sebuah bangsa ketika dihadapkan pada ketidakpastian di dunia internasional, akan kembali pada dirinya, alias menguatnya proteksionisme.
4. Faktor internalnya, pertama, kemampuan Trump mengartikulasikan true Republican values kepada pemilih, dengan semboyan “make america great again“, yang kontras dengan semboyan Hillary “stronger together” yang tidak terlalu jelas tentang apa pesan yag mau disampaikan. Nilai Republican yang cenderung maskulin, inward outlook, menonjolkan white supremacy, dan religious-fanatics, mampu dieksploitasi secara baik Oleh Trump dg bahasa yg disebut sbg “paling provokatif dan nakal” dalam debat-debat kepresidenan.
5. Faktor internal Kedua, Trump mampu membangkitkan kebutuhan seorang pemimpin yang menggambarkan “american dream”, yakni White, Anglo Saxon, Protestant (WASP), dan miliuner. Dia mampu meyakinkan bahwa, AS yang besar hanya bisa dipimpin seorang yang terbukti berhasil, apapun perilaku moral masa lalunya. Ini sekaligus mengkonfirmasi bahwa publik AS lebih menghargai honesty (keterusterangan) daripada avoidancy (penghindaran). Terlepas dari perilaku dan pernyataan Trump, yang dalam exit poll CNN dipersepsikan 70% pemilih perempuan mengganggu, namun publik dihadapkan pada dugaan skandal manipulasi email yang dilakukan oleh Hillary yang terus dinyatakannya tak terlibat.
6. Faktor internal ketiga, Trump mampu meyakinkan publik AS, bahwa proteksionisme, unilateralisme, dan jawaban atas kesalahan preskripsi Obama dlm soal kesehatan, adalah jawaban untuk membuat bangsa AS kembali berjaya. Padahal ini di tengah afirmasi publik AS atas keberhasilan ekonomi Obama selama 8 tahun terakhir dalam menekan defisit warisan Republik saat Bush memerintah. Bahkan Obama dan Michelle Obama turun langsung menjadi jurkam di malam pemilihan, 7 November, di Philadelphia, negara bagian Pennsylvania. Hal mana justru hasil pemilunya Hillary kalah di negara bagian itu.
7. Exit poll CNN menggambarkan bahwa Trump mampu tundukkan hati publik AS dalam isu terorisme, imigran, dan efek perdagangan internasional. Rakyat AS meyakini, Trump mampu melindungi warga AS atas meningkatnya radikalisme, membanjirnya imigran dan pengungsi, maupun adanya dampak buruk blok perdagangan bebas seperti Trans Pacific Partnership.
Artikel ini ditulis oleh: