Jakarta, Aktual.com – Ginekolog Prof dr Noerpramana MMedSc SpOG (K-Fer) mengingatkan pemeriksaan kesehatan menjelang pernikahan atau pranikah harus didasari kesepakatan bersama.
“Kesepakatan ini syarat pertama. Kedua belah pihak (pasangan, red.) harus sepakat dulu. Apapun hasilnya nanti tidak akan mengubah rencana pernikahan,” katanya di Semarang, Sabtu (12/11).
Hal itu diungkapkannya pada “parenting class” bertajuk “Persiapan Kesehatan Pranikah, Penanganan Pasutri Yang Sulit Mendapatkan Keturunan” yang digelar RSIA Kusuma Pradja Semarang.
Menurut dia, pemeriksaan kesehatan pranikah sebenarnya suatu persiapan yang bertujuan membangun keluarga sejahtera dengan mengetahui kondisi kesehatan reproduksi masing-masing pasangan.
“Dari pemeriksaan kesehatan bisa diketahui riwayat kesehatan kedua pihak, termasuk soal genetik, penyakit kronis, dan infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan,” katanya.
Artinya, kata Pembina Yayasan Warendra Kusumapradja yang menaungi RSIA Kusuma Pradja Semarang itu, nantinya bisa diketahui kemungkinan adanya penyakit yang mempengaruhi kesehatan reproduksi.
“Ada beberapa penyakit yang berpengaruh terhadap kesuburan, seperti HIV/AIDS, gonore atau klamidia, sifilis, kencing manis, hepatitis, hingga tuberkulosis (TBC), dan masih banyak lagi,” katanya.
Dengan pemeriksaan kesehatan pranikah, lanjut dia, bisa segera dilakukan penanganan seandainya ditemukan penyakit-penyakit tersebut untuk secepatnya diobati sebelum dilangsungkan pernikahan.
Ia menambahkan sebenarnya penyakit-penyakit yang memengaruhi reproduksi bisa diobati sehingga pasangan yang mendapati penyakit yang dideritanya dari hasil pemeriksaan tidak perlu khawatir.
“Misalnya, HIV/AIDS sekalipun. Ada metode yang bisa dilakukan untuk mencegah anak yang dilahirkan tertular virus itu. Kalau sudah diketahui penyakitnya kan bisa dilakukan penanganan,” pungkas Noerpramana.
Noerpramana mengakui pemeriksaan kesehatan pranikah memang belum begitu terbiasa di masyarakat, terutama di Indonesia, namun sekarang ini sudah banyak pasangan yang melakukannya.
Namun, kata dia, kekhawatirannya adalah ketidaksiapan pasangan dalam menerima hasil pemeriksaan kesehatan itu, misalnya ditemukan penyakit sehingga menyebabkan pasangan itu tidak jadi menikah.
“Makanya, sebelum pemeriksaan, kedua pihak harus sepakat dulu. Kalau tidak ada kesepakatan, lebih baik tidak dilakukan pemeriksaan pranikah,” kata dokter yang sering menangani program bayi tabung itu. (ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka