Sejumlah pejuang Indonesia memekikkan kemerdekaan seusai menduduki markas tentara Jepang S.E 21/24 Butai saat pementasan drama kolosal pengibaran bendera Merah Putih pertama kali di Dermaga Ujung, Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (29/11). Drama kolosal mengenai cerita perjuangan rakyat Indonesia saat menghadang dan menawan tentara Jepang yang keluar masuk wilayah Ujung tersebut digelar oleh pegiat sejarah Roodeburg dan alumni AAL angkatan ke-51. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/kye/15

Jakarta, Aktual.com – Relawan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengadakan Deklarasi Kebangsaan di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (12/11). Deklarasi Kebangsaan ditandai dengan Ikrar Kesetiaan yang berisi tiga poin.

Relawan NKRI Veldy Reynold didampingi Yayong Waryono dalam deklarasi tersebut mengatakan Ikrar Kesetiaan berisi tiga poin. Pertama, Kami Relawan NKRI berjanji untuk tetap setia dan berpegang teguh pada Pancasila dan UUD 1945.

“Kedua, Kami Relawan NKRI berjanji untuk tetap setia dan berpegang teguh pada NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,” kata Veldy dalam keterangannya, Sabtu (12/11).

Ketiga, lanjut dia, Kami Relawan NKRI berjanji untuk tetap setia kepada Presiden Republik Indonesia sebagai simbol negara serta menolak setiap upaya aktor-aktor politik yang mencoba menjatuhkan pemerintahan yang sah.

Relawan NKRI lain, M Yamin, menambahkan, Deklarasi Kebangsaan dihadiri sejumlah tokoh diantaranya Hendrik Sirait, Silver Matunina, Osmar Tanjung, Birgaldo, Masinton Pasaribu, Enbun Marufah, Dedy Mawardi dan sejumlah perwakilan elemen masyarakat lainnya dari berbagai daerah.

Deklarasi dihadiri sedikitnya 3000 massa ini merupakan wujud kesetian kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Diungkapkan Yamin, situasi bangsa dan negara kita belakangan mengalami peningkatan eskalasi. Benih-benih persaudaraan yang lama dipupuk dan bersemi dikoyak-koyak oleh kelompok tertentu demi kepentingan sepihak. Situasi yang disebutnya sangat mengkhawatirkan.

“Di halaman depan rumah, kita jadi sering mendengar berbalas kata saling menista, saling menghujat, saling mencaci, mencemooh, memfitnah, mengejek. Situasi ini sangat berbahaya bagi kelangsungan NKRI,” terangnya.

Yamin mengajak semua elemen bangsa agar sama-sama menyadari bahwa tantangan demi tantangan yang dihadapi bangsa ini. Meski melahirkan perbedaan, namun perbedaan yang ada seharusnya disikapi secara arif dan bijaksana.

“Bagaimanapun perbedaan yang ada sesungguhnya bisa menjadi kekuatan besar untuk bersama-sama membangun bangsa Indonesia. Bukan sebaliknya, dijadikan alat untuk tujuan tertentu,” kata dia.

“Tidak boleh jatuh dalam kekakuan relasi kebangsaan. Tidak boleh kita biarkan hubungan sesama kita anak bangsa saling memunggungi. Membeku lalu retak hancur berkeping keping,” jelasnya.

(Laporan: Soemitro)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka