Jakarta, Aktual.com – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk saat ini tengah gencar menggenjot pembiayaan melalui mekanisme digital. Pembiayaan ini ditujukan lebih ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui skema yang dipermudah.
Meski begitu, pihak perseroan tetap mewaspadai adanya potensi fraud, seperti kredit macet atau non performing loan (NPL) dan sebagainya. Pihaknya tak mau dengan adanya semakin kuatnya layanan digital ini, malah terjadi perpindahan fraud dari konvensional atau offline ke skema online.
“Makanya kita terus mitigasi usahanya. Sehingga tidak terjadi fraud di online ini. Jangan sampai kemudian terjadi kemacetan (NPL) di tengah jalan,” jelas Kepala Divisi Bisnis Usaha Kecil BNI, Anton Siregar, dalam diskusi Media Workshop Update, BNI Menuju Kredit Digital, di Jakarta, Senin (14/11).
Salah satu mekanisme mitigasi risiko itu, kata dia, pihaknya tetap fokus membiayai sektor yang produktif. Kendati, sebut Anton, sektor itu tidak bankable (dapat dibiaya perbankan), yang penting tetap visible (mempunyai visi usaha yang jelas).
“Makanya, kami tak berikan penjaminan dalam kredit digital ini. Tapi yang jelas sektornya visible dan produktif. Sehingga kami biayai dari hulu sampai hilir. Kalau di hilirnya saja, tidak menjaga kontinuitas. Itu justru yang bahaya,” tegas Anton dengan menambahkan, layanan digutal tersebut dinamai E-Lo Mobile.
Dengan mematok bunga single digit, yaitu 9,95%, perseroan optimis pertumbuhannya positif. Di tahun depan, dia menargetkan bisa bertumbuh mencapai 25 persen.
“Sejauh ini outstanding kredit digital kita cukup positif. Mencapai Rp4,3 triliun sejak di-launch April lalu. Saat itu kita launch dengan dua platform yakni e-lo mobile dan e-form,” jelas dia.
Hingga 11 November 2016, BBNI telah menerima aplikasi permohonan layanan pembiayaan digital sebanyak 10.671 aplikasi.
Ia merinci, untuk nasabah yang memilih format e-lo mobile sebanyak 9.694 aplikasi dan sebanyak 8.683 aplikasi di setujui penyaluran kreditnya. Sedangkan nasabah yang memiliki format e–form sebanyak 982 aplikasi.
Sejauh ini, untuk kredit digital ini, BBNI fokus ke sektor pertanian terlebih dahulu. Baru setelah itu, sektor perikanan, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa.
“Kita ingin sejalan dengan program pemerintah yaitu mewujudkan ketahanan pangan. Makanya kita masuk ke sektor pertanian,” ungkap Anton.
Menurut dia, layanan kredit digital ini, untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) mikro dengan limit hingga Rp 25 juta atau BNI Wirausaha (BWU) dengan limit sampai dengan Rp 1 miliar secara online.
“Untuk pengajuan KUR mikro dan BWU melalui layanan digital ini bertujuan untuk mempermudah seluruh pelaku UMKM hingga di pelosok yang terkoneksi jaringan internet untuk dapat mengakses secara online,” pungkas dia. (Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid