Jakarta, Aktual.com – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) pada sesi penutupan pertama siang ini, memang mengalami apresiasi.
Namun demikian, dibanding nilai fundamentalnya, rupiah masih di bawah tekanan. Salah satunya, pasar merespon kasus penodaan agama Islam yang dilakukan oleh Gubernur DKI non aktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Ahok sendiri hari ini ditetapkan sebagai tersangka kasus tersebut Bareskrim Mabes Polri. Dan kasusnya akan berlanjut ke tingkat penyidikan.
“Secara umum, yang pertama, laju rupiah ini mengoreksi depresiasinya pada hari ini. Walaupun memang, secara umum tekanan eksternal masih terjaga,” ujar analis dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta di Jakarta, Rabu (16/11).
Selain itu, kata Rangga, pergerakan rupiah hari memang terfokus juga pada keputusan dan hasil gelar perkara kasus Ahok pada hari ini yang sudah dimumkan oleh Mabes Polri dengan Ahok sebagai tersangka.
“Dan akhirnya Ahok dijadikan tersangka, laju rupiah ke Rp16.362 bukti respon pasar terhadap penegakan hukum kasus Ahok,” jelas Rangga.
Hingga pukul 12.17 WIB, pergerakan rupiah terhadap USD memang masih mengalami apresiasi dibanding sesi pembukaan di angka Rp13.362. Angka pembukaan sendiri dibuka Rp13.368. Dengan rentang pergerakan hari ini antara Rp13.318-Rp13.395.
Sementara di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, otoritas moneter itu mematok rupiah di angka Rp13.347 atau melemah dibansing angka kemarin sebesar Rp13.338.
Selain itu, memang meredanya shock di pasar global telah berpeluang mengoreksi pelemahan tajam kurs mayoritas negara berkembang. Termasuk rupiah.
“Makanya, sentimen domestik yang positif lainnya, masih menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI (siang ini dan besok), di saat tekanan eksternal yang masih bertahan,” jelas dia.
Namun demikian, sentimen apapun, kata dia, BI harus tetap menjaga stabilitas rupiah di kisaran 13,300. Kendati memang, beberapa kurs di Asia sudah mulai menguat pada perdagangan kemarin.
“Diperkirakan, policy rate tetap ditahan di 4,75%. Karena saat ini, BI melihat gejolak eksternal yang menekan rupiah hanya akan temporer,” ujarnya.
Apalagi, BI sendiri masih aktif di pasar valas dan Surat Utang Negara (SUN) dalam rangka menstabilkan harga di tengah aliran keluar dana asing yang deras.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan