Jakarta, Aktual.com – Dewan Energi Nasional (DEN) menyatakan kebanyakan pemangku kebijakan terutama dari pihak pemerintah mengalami kekeliruan dalam memahami ekplorasi, bahkan ada sebagaian orang yang berupaya mencekoki (doktrin) pemahaman yang salah tersebut.

Dijelaskan oleh anggota DEN, Andang Bachtiar, selama ini dipahami eksplorasi membutuhkan biaya yang mahal, padahal katanya yang menentukan keberhasilan ekplorasi itu yakni akurasi data seismik, dan itu hanya 5 persen dari biaya dan tenaga.

“Eksplorasi memang high risk tetapi belum tentu high cost. Ini yang sering keliru dan tidak dipahami oleh pengambil kebijakan. Bagi mereka eksplorasi adalah ngebor di laut dalam dengan biaya USD 250 juta dan gagal, itu dipikir mereka. Sesungguhnya tidak demikian. Itu namanya bukan ekplorasi, itu ngebor dan cara ngebor tolol,” tuturnya, Rabu (30/11).

Dia memaparkan bahwasanya didalam ekplorasi harus melalui tahapan mencari, mengumpulkan dan mengevaluasi data-data dan ini menentukan 95 persen dari keberhasilan ekplorasi.

“Sering sekali masyarakat umum dicekoki dan dikatakan; ekplorasi mahal, kita ngak punya duit. Padahal ekplorasi itu ditentukan oleh akurasi data seismik yang hanya berbiaya 5 persen dari biaya eksplorasi. Itu yang tidak dilakukan pemerintah,” tambahnya.

Dia mengandaikan, jika data seismik itu tersedia, maka hampir semua orang akan mampu menemukan potensi kandungan migas yang tersimpan dalam perut bumi.

“Kalau data seismik itu ada dan diberikan ke mahasiswa geologi mereka bisa menemukan kandungan migasnya. Begitu ada data seismik, ketemu kandungannya dalam artian belum di bor. Nah indonesia ini 50 persen offshorenya nggak ada data seismik, kalaupun ada data seismik jaraknya sekitar 20 km,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka