Jakarta, Aktual.co — Konflik antara Menpora Imam Nahrawi dan PSSI, semakin hari semakin memanas. Yang Terbaru, Menpora telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) untuk Tim Transisi yang akan mengambilalih kepengurusan PSSI.

Dengan demikian, PT Liga Indonesia (PT LI) selaku operator kompetisi Indonesia Super League (ISL), berencana menggelar turnamen Pra Musim, setelah Kemenpora melarang kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air itu untuk bergulir.

Namun, lagi-lagi turnamen tersebut gagal terlaksana karena terbentur dengan perizinan, karena Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) tak memberikan izin untuk diselenggarakannya turnamen tersebut.

Dengan demikian, kegiatan sepakbola resmi pada saat ini, praktis tidak ada untuk menghibur pecinta olahraga tersebut.

Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mahmud Mattalitti, kemudian melayangkan surat terbukanya kepada Menpora Imam Nahrawi. Surat tersebut diterbitkan pada hari ini, Jumat (22/5).

Berikut beberpa petikan surat terbuka La Nyalla kepada Menpora:

Kepada Menpora Imam Nahrawi

Bismilahirrohmannirrohim,

Assalamu’alaikumWr. Wb,

Yang saya hormati Menteri Pemuda dan Olahraga, Saudara Imam Nahrawi. Saya, La Nyalla Mahmud Mattalitti, Presiden PSSI masa bakti 2015-2019. Saya tidak perlu memperkenalkan lebih jauh, karena kita tentu sudah saling mengenal, jauh sebelum Anda menjadi menteri.

……………….

Anda melalui BOPI justru memaksa PSSI untuk “menelantarkan anak” (anggota) kami. Persebaya dan Arema untuk tidak boleh berkompetisi dengan alasan yang tidak substansif. Padahal pemaksaan BOPI kepada PSSI terkait hal itu adalah jelas-jelas pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 3 tahun 2015 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan Statuta PSSI serta Statuta FIFA. Sehingga sejatinya BOPI memaksa PSSI untuk melakukan pelanggaran hukum dan Statuta. Bahkan FIFA sampai bersurat bahwa BOPI atau siapapun di luar Member Association dilarang ikut menentukan siapa yang boleh dan tidak boleh mengikuti kompetisi atau berapa peserta kompetisi. Karena itu domain Member Association. Bukan pihak ketiga.

Puncaknya Anda malah mengeluarkan keputusan sanksi administrative dengan tidak mengakui aktivitas keolahragaan PSSI dengan alasan karena Persebaya dan Arema tidak dilarang oleh PSSI untuk mengikuti kompetisi. Lalu dengan menggunakan semua instrumen kekuasaan, Anda meminta semua institusi pemerintahan dan alat negara, mulai dari kepolisian, imigrasi hingga kepala daerah se-Indonesia untuk tidak melakukan pelayanan publik kepada PSSI. Luar biasa semangat Anda untuk menghentikan sepakbola di Indonesia.

Karena Indonesia negara hukum, bukan monarki absolut, maka kami terpaksa menguji keputusan Anda dalam menggunakan kekuasaan melalui PTUN. Apalagi dari pasal-pasal  pelanggaran yang Anda gunakan dan tuduhkan, tidak satupun yang dilanggar PSSI.

Kami juga terpaksa mengadukan secara langsung aksi Anda ke DPR RI hingga ke Wakil Presiden. Bahkan kepada Presiden melalui surat. Karena ingat, Negara ini bukan hanya pemerintah. Tetapi Negara ini
diisi oleh eksekutif, legislatif, yudikatif dan rakyat. Anda pemerintah, saya rakyat. Dan kelak Anda juga akan menjadi rakyat.

Saya sudah berusaha menemui Anda di kantor Anda tiga kali. Tetapi tidak berhasil bertemu. Saya berniat untuk duduk dan berbicara dengan Anda. Tentang keputusan Anda yang bisa berakibat fatal bagi sepakbola Indonesia bila FIFA sebagai induk sepakbola dunia member sanksi. Deadline sudah disampaikan FIFA melalui suratnya. Tanggal 29 Mei 2015.

Artikel ini ditulis oleh: