Jakarta, Aktual.com – Pengamanan dari pihak kepolisian terhadap Aksi Bela Islam Jilid III yang digelar di Silang Monumen Nasional (Monas), 2 Desember 2016 lalu, dinilai berlebihan. Apalagi, pengamanan disertai dengan penangkapan sejumlah orang yang dituduh akan melakukan makar terhadap pemerintah.
Adalah Anggota Komisi III DPR RI, Aboebakar AlHabsyi, yang melontarkan pernyataan tersebut. Aboe, sapaannya, menanyakan langsung perihal pengamanan berlebihan tersebut kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam rapat kerja Kapolri bersama Komisi III DPR RI, Senin (5/12).
“Pak Kapolri, tolong itu dijelaskan,” pintanya dalam rapat kerja yang dipimpin Wakil Ketua Komisi III Benny K Harman.
Selain pengamanan kepolisian terhadap Aksi 212, politisi PKS itu juga penangkapan sejumlah orang yang dituduh akan berbuat makar agak berlebihan. Berikut larangan umat Islam dari berbagai daerah yang akan mengikuti Aksi 212 di Silang Monas.
Yang mengemuka adalah larangan umat Islam dari Ciamis, Jawa Barat, hingga akhirnya memutuskan jalan kaki dari Ciamis menuju Jakarta.
Sementara itu Jazilul Fawaid dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa mempertanyakan sejauhmana parameter dan tingkat kematangan upaya makar yang dituduhkan kepada sejumlah aktivis dan tokoh.
Ditanyakan pula apa langkah yang akan diambil kepolisian dalam Pilkada DKI Jakarta. Sebab bagaimanapun Aksi Bela Islam Jilid III lalu tidak lepas dari kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Di sisi lain, Ahok merupakan salah satu kontestan dalam Pilkada Serentak 2017 di DKI Jakarta. Beberapa anggota Komisi III juga mempertanyakan penangkapan mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Rachmawati Soekarnoputri.
Padahal, secara logika sulit dipahami Rachma yang kondisinya tidak sehat dan harus duduk di kursi roda dituduhkan akan melakukan makar.
(Nailin Insa)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid