Jakarta, Aktual.com – Pemerintah melalui kementerian ESDM perlu untuk memberikan sentuhan insentif fiskal agar pengelolaan migas Indonesia lebih atraktif bagi investor. Pasalnya, dibeberapa daerah terdapat lokasi migas yang sulit disentuh.
Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto membandingkan wilayah kerja migas Indonesia termasuk mature daripada dengan negara lainnya.
“Ini bekaitan dengan rasio penemuan menjadi lebih sedikit. Agar lelang wilayah kerja migas tetap menarik, maka harus dilakukan perubahan insentif fiskal agar lebih atraktif,” katanya, Jumat (9/12).
Lebih lanjut dia mengatakan, negara lain seperti Brunei, Malaysia, Australia dan Vietnam, rata-rata jangka waktu yang diperlukan dalam pengembangan migas relatif lebih cepat dibandingkan Indonesia yang terkadang mencapai 15 tahun sejak masa eksplorasi.
“Indonesia kan sudah tahun 1800-an (berhasil) ditemukan minyak. Kemudian Vietnam, Brunei dan Australia kan baru kemarin. Otomatis, indeks atau rate ditemukannya minyak mereka lebih baik dibanding kita. Itu memang kurang fair kalau dibandingkan sekarang dengan kondisi Indonesia sekarang dengan negara negara tetangga kita yang saat ini,” tuturnya.
Namun demikian, katanya, kondisi ini seharusnya menjadi pemacu bagi Indonesia agar dapat bersaing dengan negara-negara lainnya, sehingga penemuan migas lebih banyak dan ketertarikan investor terhadap Indonesia lebih besar.
(Laporan: Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka