Warga menyaksikan rumah toko (ruko) yang roboh akibat gempa 6,5 SR di Lintasan jalan nasional Desa Ulee Glee, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12). Data sementara BNPB menyebutkan korban meninggal akibat gempa sebanyak 52 orang, 73 orang luka berat dan 200 luka ringan dan ratusan bangunan rusak, jaringan listrik putus serta beberapa ruas jalan nasional rusak. ANTARA FOTO/Ampelsa/ama/16

Bandung, Aktual.com – Masyarakat yang tinggal di cekungan Bandung mestinya waspada dengan pergeseran Sesar Lembang yang setiap tahunnya mencapai 3-6 mm. Artinya, ancaman gempa terus mengintai meski sementara ini dampak dari pergerakan itu belum terasa.

Ketua Peneliti Geodesi ITB, Irwan Meilano menjelaskan hal itu dalam GeotekExpo 2016, tentang Rembang Lini di Tatar Bandung; Pemaparan Hasil Penelitian yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di gedung 10 Aula LIPI, Selasa (13/12).

“Banyak yang menyangsikan Sasar Lembang itu aktif. Namun dari hasil penelitian dan GPS yang kami tanamkan di sepanjang Sesar Lembang, ternyata mengalami pergerakan 3-6 milimeter pertahunnya. Hal ini menjadi bukti jika Sesar Lembang memang aktif dan patut diwaspadai,” tegas Irwan.

Arti dari pergeseran itu, jelas dia, Sesar Lembang tengah mengumpulkan energi yang puncaknya berupa gempa besar di suatu waktu. Meski hingga kini belum berdampak besar, tetapi nyatanya pergeseran dua lempeng bumi ini mengancam kawasan cekungan Bandung yang terdiri dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Kota Cimahi.

“Sesar Lembang sedang mengumpulkan energi untuk menjadi gempa besar di masa depan. Dan kami saat ini sedang menditelkan seberapa besar gempa yanng akan terjadi di kemudian hari,” ungkap Irwan.

(Laporan : Muhammad Jatnika)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka