Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro - Acuan ukuran mata uang selain dolar AS. (ilustrasi/aktual.com)
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro - Acuan ukuran mata uang selain dolar AS. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Kondisi perekonomian di dalam negeri pada tahun depan diprediksi masih akan mengalami volatilitas tinggi. Bahkan hal ini juga diakui oleh pemerintah dalam hal ini Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro.

Di saat pemerintah lain melihat laju ekonomi tahun depan akan lebih baik, justru Bambang mulai realistis. Dengan dampak global yang bergejolak, Bambang melihat masih adanya risiko ekonomi Indonesia yang masih sangat tinggi di 2017.

“Risiko eksternal itu, dampak dari China dan AS. Saat ini, China masih menjadi concern kita, karena menjadi partner dagang dan besarnya utang China itu masih menjadi risiko besar,” tegas Bambang yang disampaikan di acara Kustodian Sentra Efek Indonesia (KSEI) dan dihadiri banyak investor, di Jakarta, Kamis (15/12).

Dengan kondisi itu, kata dia, pemerintah tak boleh selalu menganggap ekonomi akan lebih baik. Justru yang terjadi, masih ada berbagai risiko yang menekan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan.

Risiko dari AS, ujar Bambang, masih akan berkontribusi tinggi terhadap laju ekonomi domestik. Bukan hanya karena terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden AS, tetapi juga partai pengusungnya yakni Partai Republik track recordnya tak pro pasar dan justru menimbulkan ketidakpastian.

“Ditambah lagi, dari indikator ‎dalam negeri, terjadi perlambatan investasi swasta yang terlihat dari rendahnya pertumbuhan kredit perbankan di 2016. Dan kondisi itu saya perkirakan masih akan berlanjut pada tahun depan,” jelasnya.

Dia menegaskan, kalau pihak swasta belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah harus menjadi pendorong. “Makanya, penerapan anggaran yang optimal bisa mendorong ekonomi kita,” saran dia.

Bambang sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi di tahun depan akan sebesar antara 5,1 persen sampai 5,3 persen. Angka itu memang tak seoptimis Bank Indonesia yang memperkirakan laju Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5,0 persen sampai 5,4 persen.

(Laporan: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka