Yangon, Aktual.com – Sekelompok Muslim Rohingya yang menyerang penjaga perbatasan Myanmar pada bulan Oktober dipimpin oleh orang-orang yang memiliki kaitan ke Arab Saudi dan Pakistan, sebagaimana laporan International Crisis Group (ICG) pada Kamis (15/12), dengan mengutip anggota kelompok.
Serangan terorganisasi pada 9 Oktober lalu menewaskan sembilan polisi dan memicu tindakan keras aparat keamanan di wilayah mayoritas Muslim Rakhine, di barat laut Myanmar.
Setidaknya 86 orang tewas, menurut media setempat, dan PBB memperkirakan 27.000 anggota minoritas Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan melarikan diri melewati perbatasan ke Bangladesh.
Pemerintahan Myanmar yang didominasi Budha, dipimpin oleh pemenang Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi, menyalahkan militan Rohingya yang didukung pihak asing untuk penyerangan 9 Oktober, namun menyatakan kekurangan informasi tentang penyerang yang disebutnya sebagai “teroris” itu.
Kelompok yang menamai dirinya Harakah al-Yakin (HaY) mengaku bertanggung jawab atas penyerangan dalam pernyataan video, dan ICG yang bermarkas di Brussels mengatakan bahwa pihaknya telah mewawancarai empat anggota kelompok di Rakhine dan dua di luar Myanmar, serta beberapa individu yang melakukan kontak dengan anggota melalui aplikasi pesan.
Harakah al-Yakin atau Gerakan Iman dibentuk setelah kekerasan komunal di 2012, di mana lebih dari 100 orang tewas dan sekitar 140.000 orang diusir dari wilayah Rakhine, sebagian besar orang Rohingya, disampaikan oleh kelompok tersebut.
Orang Rohingya yang pernah berperang di konflik lainnya, juga orang Pakistan atau Afghanistan, memberikan pelatihan diam-diam kepada penduduk di Rakhine utara selama dua tahun sebelum serangan, tambahnya.
“Termasuk pengunaan senjata, taktik gerilya, dan dilaporkan anggota dan pelatih HaY, fokus khusus pada bahan peledak dan bom rakitan,” disampaikan oleh kelompok, tentang bom rakitan.
Pemimpin Harakah al-Yakin, yang tampil secara mencolok dalam sembilan rangkaian video yang diunggah secara daring, diidentifikasi sebagai Ata Ullah, lahir di Karachi, Pakistan, ayahnya adalah seorang pengungsi Rohingya sebelum pindah ke Mekah, Arab Saudi waktu kecil.
“Meskipun belum dikonfirmasi, ada indikasi bahwa dia pergi ke Pakistan dan mungkin tempat lain, lalu menerima pelatihan praktek perang gerilnya modern,” disampaikan oleh kelompok, yang menegaskan bahwa Ata Ullah adalah salah satu dari 20 orang Rohingya dari Arab Saudi yang memimpin operasi kelompok di wilayah Rakhine.
Secara terpisah, komite yang terdiri dari 20 pengungsi senior Rohingya di luar negeri mengawasi kelompok, yang berpusat di Mekah, menurut ICG.
Kelompok seperti ISIS dan Al Qaeda di wilayah anak benua India telah menunjuk Rohingya dalam materi mereka, dan pengalaman beberapa pejuang Rohingya di medan perang menunjukkan keterkaitan ke militan internasional, kata ICG.
Meskipun demikian, ICG menyampaikan bahwa kelompok tersebut tidak terlibat dalam serangan kepada warga sipil Buddha di Rakhine. Serta pernyataan Harakah al-Yakhin hingga hari ini menunjukkan tujuan utama mereka adalah mengakhiri penganiayaan kaum Rohingya di Myanmar dan mengamankan status kewarganegaraan kaum minoritas tersebut.
“Memungkinkan, meskipun tujuan mereka bisa berubah mengingat keterkaitannya dengan legitimasi religius dan kaitan dengan kelompok jihadis internasional, jadi penting bagi upaya pemerintah untuk tidak hanya berfokus pada pendekatan mliter, namun juga menanggapi keluhan dan penderitaan komunitas tersebut,” tambah ICG.
ANT
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan